Senin, 10 Maret 2014

Makalah Kepribadian Siswa (Psikologi Pendidikan)

Bab I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang Masalah
    Permasalahan maupun konflik yang sering terjadi antara orang tua dengan anak atau guru dengan siswanya baik secara fisik maupun batin terkadang memunculkan keingintahuan di benak kita mengapa muncul konflik tersebut. Peluang besar tejadinya permasalahan antar individu tersebut adalah ketidakpahaman individu yang satu terhadap individu yang lain. Perbedaan salah atu atau beberapa aspek yang dimiliki individu dapat memicu ketidakpahaman satu sama lain sehingga dapat memunculkan konflik.
    Di sekolah, tidak sedikit guru yang tidak memahami karakter siswanya. Guru yang hanya sekedar memberi teori tentang mata pelajaran dan tidak memperhatikan perkembangan anak didik akan menjadi guru yang apatis dan egois sehingga jarang disukai anak didik. Anak didik yang tidak dapat menerima perlakuan dari guru akan melakukan hal lain yang dapat mengambil perhatian guru dan menimbulkan keributan pada guru yang  lain.  Dalam belajar pun guru yang tidak memahami kepribadian siswa akan sulit untuk memberikan model-model pembelajaran yang akan menarik minat siswa sehingga proses transfer pengetahuan menjadi terhambat.
    Berdasarkan penjabaran kasus di atas sangat perlu bagi kita untuk memahami kepribadian siswa sebelum menjadi pendidik yang sesungguhnya. Hal-hal yang terkait dengan kepribadian akan dibahas pada bab pembahasan.

Rumusan Masalah
1.        Bagaimanakah konsep kepribadian?
2.     Apakah definisi kepribadian?
3.     Bagaimanakah yang dikatakan dengan konsep aku?
4.     Apakah tipologi kepribadian itu dan bagaimana pembagiannya?
5.     Apa yang dimaksud dengan kessehatan mental dan bagaimana memelihara kesehatan mental tersebut?
B.     Tujuan Penulisan
    Secara umum makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan sebagai tugas presentasi kelompok. Secara khusus, makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang kepribadian dan berbagai jenis kepribadian yang telah diklasifikasikan para ahli. Pembahasan tentang kepribadian ini dapat membantu mahasiswa calon pendidik mampu mengenal dan memahami berbagai kepribadian yang muncul pada anak didik sehingga mudah memberikan jalan keluar jika terjadi permasalahan dalam proses belajar mengajar.





Bab II
Pembahasan
5.1    Konsep Kepribadian
    Dalam kehidupan sehari-hari kita lazim mendengar istilah kepribadian atau pribadi. Maksud penggunaan istilah itu tidak selalu sama, dan mungkin juga jauh berbeda dari pengertian yang sesungguhnya.
    Kepribadian sebagai sesuatu yang dimiliki atau tidak dimiliki. Kepribadian diartikan sebagai kepribadian yang menarik dan kepribadian yang membosankan. Kepribadian yang menarik atau yang subur (lot of personality), menggambarkan sesuatu sosok yang memiliki sifat-sifat: mudah menarik simpati orang, mengesankan, budi pekerti, sopan santun, memberikan kesan pertama yang baik. Kepribadian yang membosankan atau gersang (no personality) menunjukkan adanya sifat-sifat yang tidak disukai orang, membosankan, kurang bersemangat, tidak menarik, tidak mendalam, dan mudah dilupakan.
    Kepribadian diartikan sebagai keagresifan, ( personality identity it with the characteristic of aggresiveness). Dalam pengertian ini kepribadian dipandang sebagai sifat-sifat agresif, seorang yang memiliki kekuatan fisik, suka menyerang, berambisi, ingin berkuasa, ingin selalu menang dsb. Orang-orang yang memiliki sifat pendiam, suka menerima, pasif, mudah ditanduk dsb, dipandang tidak berpribadi.
    Kepribadian merupakan hasil dari kebudayaan. Ada yang berpendapat bahwa kepribadian seluruhnya hasil belajar, hasil hasil pengalaman dan pengaruh dari kebudayaan. Di samping faktor lingkungan atau kebudayaan, kepribadian individu juga di pengaruhi oleh faktor-faktor yang dibawa dari kelahirannya.
    Sukmadinata (2003:136) menyatakan bahwa kepribadian merupakan keterpaduan antara aspek-aspek kepribadian, yaitu aspek psikis seperti aku, kecerdasan, bakat, sikap, motif, minat, kemampuan, moral, dan aspek jasmaniah seperti postur tubuh, tinggi dan berat badan, indra, dan lain-lain. Diantara aspek-aspek seperti aku atau diri (self) seringkali ditempatkan sebagai pusat atau inti kepribadian. Berbeda dengan Sukmadinata, Purwanto (2007:156) menuliskan aspek-aspek kepribadian yang penting berhubungan dengan pendidikan dalam pembentukan pribadi anak-anak didik yaitu sifat-sifat kepribadian, intelijensi, pernyataan diri dan cara menerima kesan-kesan (appearance and Impression), kesehatan, bentuk tubuh, sikapnya terhadap orang lain, pengetahuan, keterampilan (skills), nilai-nilai (values), penguasaan dan kuat-lemahnya perasaan, peranan (roles), dan the self.
2.1.1 Definisi Kepribadian
    Kepribadian bahasa inggrisnya “personality”, berasal dari bahasa yunani “per” dan “sonare” yang berarti topeng, tetapi juga berasal dari kata “personae” yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng tersebut. Dua kata tersebut diartikan Ross Stagner (dalam Sukmadinata, 2003: 136) menjadi dua macam. Pertama, kepribadian sebagai topeng (mask personality), yaitu kepribadian yang berpura-pura, yang dibuat-buat, yang semu atau mengandung kepalsuan. Kedua, kepribadian sejati (real personality) yaitu kepribadian yang sesungguhnya, yang asli.
    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Offline versi 1.3 pengertian kepribadian yaitu sifat hakiki yang dimiliki atau tercermin pada sikap seseorang atau bangsa yang membedakannya dari orang atau bangsa lain. Hal ini berarti kepribadian yang dimaksud merupakan ciri khas berbeda yang dimiliki individu yang satu dengan individu yang lain.
   
2.2 Konsep Aku
    Manusia adalah makhluk yang istimewa, selain karena memiliki kemampuan-kemampuan lebih tinggi dari makhluk lainnya ia juga memiliki apa yang disebut aku, diri atau dalam bahasa inggrisnya self atau ego. Karena memiliki aku ini dia dapat berdialog dengan orang lain yang juga punya aku. Individu juga dapat berdialog dengan dirinya, sebab aku ini bisa berperan sebagai subjek (I) dan bisa juga berperan sebagai objek (me).
    Aku atau self meliputi segala kepercayaan, sikap, persaan dan cita-cita, baik yang disadari maupun tidak disadari individu tentang dirinya. Aku yang disadari oleh individu disebut self picture atau gambaran aku, sedang aku yang tidak disadari disebut unconscious aspect of the self atau aku tak sadar.
    Sikap menerima diri dan mencintai diri yang berlebihan juga merupakan gejala ketidaksehatan mental. Cinta diri yang berlebihan dapat menyebabkan kepribadian yang disebut narsisme (sangat cinta diri sehingga susah mencintai yang lain), sedangkan benci diri yang berlebihan menyebabkan  masohisme  atau suka menyiksa diri. Orang yang suka menyiksa diri cenderung juga suka menyiksa orang lain atau sadisme.
    Setiap orang pasti memiliki cita-cita terhadap dirinya. Cita-cita yang terlalu tinggi dan sukar untuk dicapai merupakan gambaran aku yang tidak realistis sehingga dapat menyebabkan kegagalan. Sebaliknya jika cita-cita terlalu rendah juga mengakibatkan tidak adanya dorongan untuk maju. Oleh karena itu, dasar bagi kesehatan mental dan keberhasilan hidup yaitu dimilikinya gambaran aku (self picture) yang tepat dan realistis.
    Seseorang yang memiliki aku yang tidak realistis, tidak ada kesesuaian antara aku yang dilihat oleh dirinya, dengan aku yang dilihat orang lain, akan berusaha mengadakan beberapa usaha pertahanan diri atau defence mechanism.
    Ada beberapa bentuk pertahanan diri, diantaranya:
1)    Melakukan penyerangan atau defence by attack. Untuk menutupi atau mempertahankan aku buatannya seseorang melakukan sebagai bentuk penyerangan, baik dengan kata-kata atau tulisan maupun dengan perbuatan, seperti marah, mencaci-maki, merusak, menyakiti, bahkan sampai menghancurkan atau membunuh.
2)    Melarikan diri atau defence by withdrawing. Sebagai lawan dari yang pertama, individu mempertahankan diri melalui berbagai bentuk perbuatan pelarian. Contoh nyata dari perbuatan pelarian adalah: menghindari diri dari tugas atau tanggung jawab, mengemukakan berbagai alasan untuk tidak duduk dan membaca di pustaka, dll.
3)    Mengubah lingkungan atau restructuring the world. Untuk mempertahankan dirinya seseorang berusaha mengubah hal-hal yang ada di luar dirinya, melemparkan pangkal kesalahan kepada orang lain atau lingkungannya.
4)    Mengubah diri sendiri atau restructuring the self . sebagai lawan dari pengubahan lingkungan seseorang mempertahankan diri melalui mengubah (bukan secara realistis) keadaan dirinya. Individu mencari-cari alasan pada dirinya agar kesalahannya dapat dimaafkan oleh orang lain.

2.3    Tipologi kepribadian
    Kepribadian merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh dan kompleks. Setiap orang memiliki kepribadian tersendiri. Walaupun demikian para ahli tetap berusaha untuk menyederhanakannya dengan cara melihat satu atau beberapa faktor dominan, ciri utama, atau melihat beberapa kesamaan. Atas dasar itu maka sejak lama para ahli mengadakan pengelompokkan kepribadian atau tipologi kepribadian.
    Tipologi kepribadian yang tertua bersifat jasmaniah, yaitu berdasarkan cairan-cairan badan (biochemical type). Hippocrates (400 sebelum masehi), yang kemudian diperkuat oleh kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang menentukan temparamen (kehidupan emosi) seseorang. Menurut kedua ahli tersebut ada empat cairan tubuh yang menentukan temparamen seseorang, yaitu : empedu hitam, empedu kuning, lendir dan darah. Berdasarkan dominasi/kekuatan sesuatu cairan pada seseorang maka ada empat tipe kepribadian, yaitu:
1)    Choleric (cloler adalah empedu kuning). Yang dominan pada orang tersebut adalah empedu kuning. Seorang Choleric memiliki temperamen cepat marah, mudah tersinggung, tidak sabar dsb.
2)    Melancholic(melas dan choler adalah empedu hitam) yang dominan pada orang melencholic adalah empedu hitam, dia memiliki temperamen pemurung, penduka, mudah sedih, pesimis, dan putus asa.
3)    Phlegmatic (phlema adalah lendir). Seorang  Phlegmatic yang didominasi oleh lendir dalam tubuhnya, memiliki temperamen yang serba lembam , pasif, malas, dan apatis.
4)    Sanguinic (sanguine adalah darah). Yang dominan pada orang ini adalah darah, ia memiliki sifat-sifat periang, aktif, dinamis, cekatan.
    Tipologi lain yang masih bersifat jasmaniah adalah teori Kretchmer. Berdasarkan hasil penelitian empiris dengan sejumlah pasien yang mengalami gangguan psikis, Kretchmer pada tahun 1925 menyimpulkan adanya tiga tipe kepribadian individu yang digolongkan berdasarkan bentuk tubuh.
1)    Asthenicus atau Leptosome, yaitu orang-orang yang berperawakan tinggi kurus.  Orang yang berperawakan tinggi kurus, dada sempit, lengan kecil panjang, otot-otot kecil, dagu sempit, perut kempis, muka cekung, kekurangan darah, memiliki sifat-sifat kritis, memiliki kemampuan berpikir abstrak, suka melamun, sensitif.
2)    Pycknicus, seorang yang berpewarakan pendek gemuk, tubuh bulat, muka bulat, lengan lembut bulat, dada kembung, perut gendut. Mereka memiliki sifat-sifat periang, suka humor, populer, hubungan sosial luas, banyak kawan, suka makan.
3)    Athleticus, seorang yang bertubuh tinggi besar, berbadan kukuh, otot-otot besar, dada bidang, dagu tebal. Seorang Athleticus senang pada pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik, mereka adalah pemberani, agresif, mudah menyesuaikan diri, berpendirian teguh.
    Hampir sejalan dengan tipologi Kretchmer, tipologi dari Sheldon (1940). Berdasarkan penelitian empiris terhadap unsur-unsur jaringan tubuh dalam embrio, Sheldon menyimpulkan adanya tiga khas manusia berdasarkan bentuk tubuh, yaitu:
1)     Endomorphic, berbadan pendek gemuk dengan ciri-ciri kepribadian yang disebut sebagai viscerotonia, yaitu: senang makan, hidup mudah, tak banyak yang difikirkan, rasa kasih sayang, senang bergaul, toleran, dan rileks.
2)    Mesomorphic, berbadan tinggi besar dengan ciri kepribadian somatonia, yaitu: senang akan kekuatan jasmaniah, aktif, agresif. energik.
3)    Ectomorphic, berbadan tinggi kurus dengan ciri kepribadian cerebrotonia, yaitu: suka berpikir, melamun, senang menyendiri, pesimis, mudah terharu.
    Tipologi Sheldon mirip dengan tipologi dari Kretchmer, kelebihannya Sheldon menambahkan ciri kepribadian utama dari masing-masing tipe, dengan sifat-sifat yang juga tidak banyak berbeda dari Kretchmer. Sesungguhnya setiap orang memiliki ketiga ciri kepribadian yang dikemukakan oleh Sheldon, hanya pada orang tertentu suatu ciri lebih menonjol dibandingkan dengan yang lainnya.
    Tipologi lain diberikan oleh Carl Gustav Jung, seorang psikiatis dari Swiss. Kalau ketiga tipologi yang telah diuraikan tadi merupakan tipologi berdasarkan  ciri-ciri jasmaniah, maka tipologi Jung berdasarkan ciri-ciri psikis.
    Tipologi lain dikembangkan oleh Spranger, seorang filsuf jerman. Spranger mengelompokkan individu atas dasar kecenderungannya akan nilai-nilai dalam kehidupan. Menurut Spranger ada enam tipe kepribadian atas dasar kecenderungan akan nilai:
1)    Theoretic atau manusia teoritis, mereka mendasarkan tindakan-tindakannya atas dasar nilai-nilai teoritis atau ilmu pengetahuan. Tipe ini memiliki dorongan yang besar untuk meneliti, mencari kebenaran, rasa ingin tau, pandangan yang objektif, tentang dirinya dan dunia luar.
2)    Economic, mendasarkan aktivitasnya atas dasar nilai-nilai ekonomi, yaitu prinsip untung rugi. Perilakunya selalu diwarnai oleh dorongan-dorongan ekonomi, melihat manfaat sesuatu benda bagi kehidupan, segala sesuatu dilihat dari manfaat atau kegunaannya terutama untuk dirinya.
3)    Aesthetic yaitu mereka yang menjadikan nilai-nilai keindahan (estetika) sebagai dasar dari pola hidupnya. Sifat-sifat individu dari tipe ini adalah senang akan keindahan, bentuk-bentuk semetris, harmonis, segala sesuatu dipandang dari sudut keindahan.
4)    Sociatic mereka lebih mengutamakan nilai-nilai sosial atau hubungan dengan orang lain sebagai pola hidupnya. Beberapa sifat tipe ini, menyenangi orang lain, simpatik, baik, meninjau persoalan dari hubungan antar manusia.
5)    Politic, yaitu mereka yang menjadikan nilai-nilai politik sebagai pola hidupnya. Ia memiliki dorongan untuk menguasai orang lain, menjadi manusia terpenting dalam kelompoknya.
6)    Religious, mengutamakan nilai-nilai spiritiual hubungan dengan Tuhan. Perilakunya didasari oleh nilai-nilai keagamaan, keimanan yang teguh, penyerahan diri kepada Tuhan.
    Erich Fromm membagi manusia dalam dua tipe berdasarkan orientasi pada dirinya yaitu Productive Orientation (berorientasi produkif) dan Unproductive Orientation (berorientasi tidak produktif). Individu memiliki orientasi produktif adalah individu yang memiliki pandangan realistis, mampu melihat segala sesuatu secara objektif, dengan kelebihan dan kekurangannya. Ia beranggapan bahwa dirinya mempunyai kekuatan, kemampuan, tetapi juga kekurangan-kekurangan, demikian juga halnya orang lain ada kelebihan dan kekurangannya. Untuk mengatasi segala persoalan yang dihadapi dalam hidupnya diperlukan suatu kerja sama. Setiap individu wajib mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya, serta wajib berusaha untuk mencapai apa yang dicita-citakannya.

    Individu yang memiliki orientasi tidak produktif, ada beberapa bentuk.
1)    Receptive atau penerima. Tipe ini mempunya asumsi bahwa sumber kekuatan ada diluar dirinya, ia tidak bisa apa-apa, yanng bisa dia lakukan adalah menerima apa yang dibuat dan dihasilkan oleh orang lain.
2)    Exploitative atau pemeras. Tipe ini hampir sama dengan tipe pertama, bahwa sumber kekuatan ada diluar dirinya, tetapi cara menguasainya bukan dengan cara menerima tetapi harus merebutnya. Semboyan orang dari tipe ini adalah “mangga curian lebih enak dari yang ditanam sendiri”.
3)    Hoarding atau tertutup. Individu yang bertipe ini punya anggapan bahwa sumber kekuatan ada pada dirinya. Karena dia merasa kuat dan mampu sendiri, maka ia tidak membutuhkan saran, pendapat ataupun kerjasama dengan orang lain, dirinya tertutup untuk dunia luar.
4)    Marketing personality atau pribadi pasar. Tipe ini bertolak dari anggapan yang sama dengan tipe tiga, bahwa sumber kekuatan ada dalam dirinya, tetapi caranya adalah menjual atau memasarkan apa yang dimiliki. Pribadi pasar ini, seperti halnya pedagang ia berusaha menjual apa yang laku di pasaran dengan harga tinggi. Jadi pribadinya berubah-ubah sesuai denngan pasaran, atau situasi kondisi yang memintanya.
    Apa yang dikemukakan oleh Fromm bukan sekedar tipe-tipe kepribadian, tetapi juga pemisahan mana pribadi yang sehat dan mana pribadi yang tidak sehat. Orientasi diri yang produktif menunjukkan pribadi sehat, sedangkan orientasi yang tidak produktif menunjukkan pribadi yang tidak sehat.

2.4    Kesehatan Mental
    Kesehatan mental atau mental health berbeda dengan ilmu kesehatan mental atau mental hygiene. Kesehatan mental berkenaan dengan keadaan/kondisi mental yang sehat atau tidak sakit, sedangkan ilmu kesehatan mental merupakan prinsip-prinsip dan usaha-usaha untuk menciptakan kesehatan mental.
    Sukmadinata (2003:148) menyatakan ada tiga komponen utama dalam kesehatan mental yaitu memiliki rasa diri berharga, merasa puas akan peranan dalam kehidupannya, dan terjalin hubungan baik dengan orang lain. Penjelasan terhadap ketiga komponen tersebut adalah sebagai berikut :
1)    Perasaan diri berharga akan memperkuat keberadaan dirinya. Sebaliknya, Individu yang memiliki perasaan diri tak berharga akan menggoyahkan keberadaan dirinya dalam kehidupannya. Ia tidak akan memiliki ketenangan hidup, tidak akan memiliki harapan, banyak diliputi perasaan cemas, ragu, hampa, dan bentuk ketaktentuan lainnya.
2)    Kepuasan akan peranan dalam kehidupannya. Setiap individu memiliki peran dalam kehidupannya baik dalam keluarga, masyarakat, sekolah, kantor dan sebagainya. Orang yang memiliki mental yang sehat akan merasa puas dengan peranannya dalam lingkungan-lingkungan tersebut. Sebaliknya orang yang memiliki mental yang kurang sehat akan merasakan banyak ketidakpuasan dalam peranan-peranan tersebut.
3)    Hubungan baik dengan orang lain. Orang yang memiliki mental yang sehat akan mampu menjalin kerjasama dan hubungan baik dengan orang lain. Individu yang sehat mentalnya akan mampu memberikan perlakuan yang baik kepada orang lain sehingga menghasilkan respon yang baik pula dari orang lain.
2.4.1 Pemeliharaan Kesehatan Mental
    Dalam pemeliharaan kesehatan mental berlaku pepatah lebih mudah mencegah daripada mengobati. Orang tua di rumah dan guru-guru di sekolah sebaiknya melakukan upaya pencegahan ketidaksehatan mental terhadap anak maupun anak didik sedini mungkin. Upaya pencegahan tersebut antara lain:
1)    Menciptakan lingkungan sosial-psikologis yang sehat dan wajar. Lingkungan sosial-psikologis yang sehat dan wajar akan tercipta apabila orang tua dan guru terlebih dahulu memiliki mental yang kuat.
2)    Menciptakan interaksi dengan dasar kasih sayang dan penghargaan terhadap si anak tersebut.
3)    Pemeliharaan kesehatan fisik anak. Pepatah olahraga menyatakan dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Badan yang sehat menjadi penunjang utama mental yang sehat.
4)    Memberikan berbagai bentuk kegiatan belajar, latihan penyaluran bakat, dan lain lain yang sehat dan sesuai dengan tahap perkembangan anak.
    Banyak cara pemeliharaan dan penyembuhan ketidaksehatan mental yang kita kenal baik yang diberikan oleh orang tua, guru-guru, maupun para konselor dan petugas profesional lainnya.
Bab III
Penutup
3.1    Kesimpulan
    Berdasarkan pemaparan pada bagian pembahasan bahwa kepribadian itu berbeda-beda pengertiannya. Sulit untuk menentukan batasan kepribadian. Ada yang mengartikan sebagai sesuatu yang dimiliki atau tidak dimiliki, sifat-sifat yang menarik atau tidak menarik, pengaruh seseorang kepada yang lain, keagresifan, terbatas kepada faktor-faktor jasmaniah, hasil kebudayaan, atau sebgai jumlah sifat atau ciri.
    Ada sejumlah aspek kepribadian baik aspek fisik maupun psikis. Meskipun individu memiliki kepribadian sendiri-sendiri, para ahli mencoba mengklasifikasikannya ke dalam bentuk tipologi kepribadian berdasarkan pandangan masing-masing. Hal yang sangat penting dalam kepribadian adalah kesehatan mental. Kesehatan mental anak didik dapat dipelihara sejak dini oleh lingkungannya seperti upaya pencegahan ketidaksehatan mental yang dapat dilakukan oleh orang tua di rumah dan guru di sekolah.
3.2 Saran
    Pembahasan tentang kepribadian siswa telah lama diketahui dan dipelajari seorang calon pendidik sebelum ia turun ke lapangan untuk mendidik siswanya. Namun, pada kenyataannya sedikit guru yang memahami kepribadian dalam diri siswa tersebut sehingga mampu menerapkan teori belajar yang sesuai. Semoga pembaca makalah ini mampu bertindak lebih bijak dan positif terhadap berbagai macam kepribadian yang ditunjukkan siswa.

Daftar pustaka
KBBI Offline versi 1.3
Purwanto, Muhammad Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT     Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.     Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Makalah Analisis Unsur Romantisme dalam Hikayat Aceh

Bab I
Pendahuluan
1.1    Latar Belakang
    Banyak hikayat yang lahir dan berkembang di Aceh sejak budaya menulis dan perkembangan pengajaran mulai menjadi pemikiran orang-orang Aceh pada saat itu. Pengajaran dalam berbagai bidang khususnya agama disampaikan dalam media yang berbeda-beda sehingga mudah diterima serta mampu menjadi pelajaran bagi mereka yang menerima. Salah satu media yang digunakan pada saat itu adalah dengan memasukkan berbagai unsur pengajaran dalam hiburan berbentuk hikayat. Saat itu hikayat juga menjadi hiburan bagi masyarakat Aceh yang sering dibacakan di tempat-tempat tertentu oleh orang-orang tertentu yang memang ahli dalam membaca hikayat.
    Seiring dengan berkembangnya zaman, hikayat Aceh yang mengandung cerita tertentu dan berarti bagi masyarakat Aceh hanya tinggal tulisan-tulisan kuno dalam buku-buku lama yang telah usang. Bahkan beberapa di antaranya masih memakai ejaan lama. Namun, banyak pula yang berusaha menyalin dan kemudian menerbitkan kembali dalam versi terbaru agar hikayat-hikayat tersebut tidak hilang dan termakan usia.
    Salah satu usaha agar hikayat tersebut tidak dilupakan oleh generasi Aceh itu sendiri adalah pemberian tugas menganalisis hikayat pada mata kuliah Sastra Daerah Aceh II sebagai tugas kelompok. Analisis pada hikayat dilakukan untuk menemukan berbagai macam unsur yang terdapat di dalamnya. Dalam makalah ini, penulis memaparkan hasil analisis pada hikayat-hikayat yang mengandung unsur romantisme seperti Hikayat Nabi Yusuf, Hikayat Ibrahim Hasan, dan Hikayat Dara Duson.
1.2    Tujuan Penulisan
    Secara umum tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhis tugas makalah mata kuliah Sejarah Sastra Aceh II sebagai tugas presentasi kelompok. Secara khusus penulisan ini juga memiliki tujuan yaitu memberi dan menambah pengetahuan mahasiswa terkait beberapa hikayat yang mengandung unsur romantisme.
1.3    Manfaat Penulisan
    Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat, baik bagi mahasiswa maupun masyarakat agar lebih memperhatikan dan melestarikan hikayat Aceh agar tidak hilang ditelan zaman yang semakin canggih ini. Penulisan ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi khalayak umum dan penulis sendiri.
1.4    Kajian Pustaka
1.4.1    Pengertian Hikayat dan Romantisme
    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia hikayat merupakan karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yg berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta. Harun (2012:6) menyebutkan bahwa hikayat tergolong prosa liris dalam sastra Aceh karena bentuknya berupa puisi tetapi substansinya merupakan prosa serta dibacakan dengan berirama.
    Romantisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat kata romantis yang memiliki arti bersifat seperti dalam cerita roman (percintaan); bersifat mesra; mengasyikk. Dalam bahasa Inggris, romance adalah istilah yang digambarkan sebagai perasaan menyenangkan kegembiraan dan bertanya-tanya terkait dengan cinta. Kata romantis dalam bahasa Inggris memiliki banyak arti dan salah satunya tidak menggambarkan tentang cinta secara khusus. Ada suatu arti yang umum di sana walaupun kadang-kadang orang menggambarkannya sebagai penggambaran cinta. Dan anehnya lagi, tidak ada syarat bahwa romantis itu ada kalau disertai dengan suatu suasana atau kondisi di mana pasangan itu berada. Dan lebih dahsyat lagi, bahwa romantis itu tidak menuntut kehadiran pasangan kekasih. Satu personal saja sudah cukup menghadirkan keromantisan. Keromantisan ternyata berhubungan dengan faktor yang bernama imajinasi.
1.4.2    Hikayat dalam Kesusastraan Aceh
    Sejak puluhan tahun yang lalu sastra Indonesia berkiblat pada sastra barat dan hanya sastra Aceh yang merupakan bagian dari kesusastraan Indonesia yang tetap menjadi pelopor bangkitnya sastra melayu yang tidak berkiblat ke barat maupun ke Arab meskipun dalam karya sastra Aceh banyak mengandung nilai-nilai keislaman. Dalam kesusastraan tempo dulu banyak didominasi oleh hikayat-hikayat yang merupakan unsur terpenting bagi masyarakat Aceh untuk mengajari generasi selanjutnya tentang kearifan lokal, norma agama, dan cara menempatkan diri dalam masyarakat. Selama abad penjajahan hingga sekarang Aceh memiliki puluhan sastrawan terkenal seperti Ali Hasjmi, Buya Hamka, Marah Rusli, Chairil Anwar, W.S Rendra, dan L.K. Ara.
    Bagi masyarakat Aceh, hikayat merupakan hiburan yang banyak memberikan khazanah ilmu pengetahuan dan akhlak serta disampaikan dengan berirama sehingga mudah teringat oleh masyarakat Aceh. Menyentuh semua kalangan dari kalangan bangsawan sampai rakyat biasa, bahkan juga merata bagi mereka yang buta huruf maupun melek huruf karena hikayat cukup didengarkan dan disimak, tidak perlu dibaca. Saat ini, hikayat-hikayat tersebut sudahbanyak dibukukan sehingga dapat menjadi arsip daerah serta menjadi bagian dari sejarah dan kekayaan budaya masyarakat Aceh.




Bab II
Analisis Hikayat yang Mengandung Unsur Romantisme
2.1  Hikayat Nabi Yusuf
    Hikayat Nabi Yusuf hampir sama dengan Hikayat Nubuet yaitu menceritakan tentang kehidupan Nabi Yusuf. Unsur romantisme dalam hikayat Nabi Yusuf terdapat pada bagian ketika Zulaikha sedang merayu Nabi Yusuf di kebun tetapi Nabi Yusuf menolak. Hikayat ini memiliki amanat yang dapat kita jadikan pelajaran hidup yaitu Penderitaan yang disertai kesabaran dan ketabahan akan mewujudkan kemenangan. Sementara kedengkian dan iri hati akan menerima rugi dan kekalahan. Naskahnya hikayat Nabi Yusuf yang sudah cukup tua berasal dari kecamatan Titeue, Pidie dan terdiri dari 281 halaman. Berikut merupakan kutipan unsur romantis ketika Zulaikha mencoba merayu Nabi Yusuf.
...
Laju putroe jak lam keubon
Jiba makanan lam piyala
Troh lam keubon laju keunan
Leumah jikalon Yusuf jroh rupa

Mangat hate tuwan putroe
Laju meunoe jimeung khaba
He jroh rupa lonka sampoe
Makanan nyoe intat keu gata

Lon that sayang keukah sidroe
Sabab lon nyoe trohka teuka
Meunyoe ulon han ek kuthen
That ku sayang keu sidroe gata
( Hikayat Nabi Yusuf yang dialihaksarakan oleh T.A Sakti hal. 73)
    Hikayat di atas penulis terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih sebagai berikut.
...
Terus putri pergi ke dalam kebun
Membawa makanan dalam mangkok kecil
Sampai di kebun terus ke situ
Tampak terlihat Yusuf yang rupawan

Bukan main senangnya hati tuan putri
Lalu seperti inilah yang ingin disampaikan
Hai sang rupawan aku telah tiba
Makanan ini kuantarkan untukmu

Aku sangat menyayangimu seorang
Karena aku ini telah datang
Jika aku tak sanggup lagi menahan
Ku sangat menyayangi dirimu seorang
...
    Dalam potongan hikayat ini menggambarkan Zulaikha yang memuji ketampanan Nabi Yusuf dengan segala kemampuannya serta pernyataan perasaannya kepada Nabi Yusuf yang selama ini terpendam dan tidak sanggup lagi menahan untuk tidak mengatakan kepada lelaki pujaan hatinya itu. sambil merayu Nabi Yusuf, Zulaikha juga mengantarkan makanan kepada Nabi Yusuf sebagai persembahan darinya. Pada bait-bait selanjutnya terdapat penolakan Nabi Yusuf terhadap rayuan Zulaikha serta gambaran kekukuhan hati Nabi Yusuf dalam menjalankan perintah Allah swt. agar terhindar dari keinginan buruk Zulaikha.
2.2    Hikayat Ibrahim Hasan
    Hikayat Ibrahim Hasan jilid sa merupakan hikayat yang dikarang oleh Nurman Syamhas tentang salah satu tokoh Aceh bernama Ibrahim Hasan yang menceritakan perjalanan hidup Ibrahim Hasan mulai dari lahir. Dalam hikayat ini terdapat sub judul yang disusun pada daftar isi. Hikayat Ibrahim Hasan jilid sa terdiri dari 30 sub judul termasuk riwayat pengarang dan terdiri atas 280 halaman. Pada sub judul meuturi ngon Siti Maryam dan meukawen ngon Siti Maryam inilah terdapat unsur romantisme dalam hikayat Ibrahim Hasan.
1.    Meuturi ngon Siti Maryam
a.    Ibrahim Hasan berkenalan dengan Siti Maryam
...
Teuku Akobnyan Tuhanku neubri
Bungong meulati keumang lam taman
Na aneuk dara rupa that tari
Nama geurasi Siti Maryam

Watee troh teuka po banta saidi
Laju meuturi dua awaknyan
Yoh mumat jaroe leungo lam seundi
Sinan phon dali cinta meulabang

Ka jatoh hate kande kubangdi
Watee geungieng hi siti maryam
Dak jeut beusabe bekle permisi
Bah sajan siti uroe ngon malam

Teungku Akoeb pulot bee wangi
Lam sanubari seunang hana ban
Seubab aneukda hana le sunyi
Kadang Tuhan bri jeut keu tunangan
...
 (Hikayat Ibrahim Hasan Jilid Sa yang ditulis oleh Nurman Syamhas hal. 33-34)
    Hikayat di atas penulis terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih sebagai berikut.
...
Teuku Akob Tuhanku berikan
Bunga melati mekar di taman
Ada anak gadis cukup rupawan
Diberi nama Siti Maryam

Ketika tiba tuan pangeran Saidi
Langsung saling kenal mereka berdua
Ketika berjabat tangan bergetar dalam sendi
Di situlah pertama cinta bersemi

Telah jatuh hati kande kubangdi
Ketika melihat rupa siti maryam
Jika boleh bersama tak ingin lagi permisi
Biarlah dengan siti siang dan malam

Teuku Akob ketan harum wangi
Dalam sanubari senangnya bukan main
Karena anak perempuan tak lagi sendiri
Mungkin Tuhan beri menjadi tunangan
...
    Potongan hikayat ini mengisahkan tentang awal pertemuan dan perkenalan antara Ibrahim Hasan dan Siti Maryam. Ibrahim Hasan terpesona dengan rupa Siti Maryam sehingga pada saat itu beliau tak ingin berpaling dan beranjakdari pertemuan dengan Siti Maryam malam itu. Ibrahim Hasan pun jatuh cinta pada pandangan pertama dan menaruh harapan pada hati Siti Maryam.
b.    Ibrahim Hasan dan Siti Maryam saling jatuh hati dan memendam perasaan
...
Ka jatoh cinta remaja putri
Ka jatoh hati keu Ibrahim Hasan
Mantong teupeundam lam sanubari
Goh lom beurani geu peuleumah trang
...
Ohwo sikula po bantan Saidi
Laju bak UKI jemput maryam
Han peupanyang ta karang rawi
Maklum seundiri awak pacaran
...
Kuala bubon aron meureuntang
Kuala simpang di ateuh Langsa
Bah that tip uroe geujak wo sajan
Hatee di dalam goh lom teubaca

Geupula timon bak gunong meudang
Geupula bawang oh lheuh seumula
Di dalam hatee sabe teubayang
Peukheuh dek Maryam keulon na cinta
...
(Hikayat Ibrahim Hasan Jilid Sa yang dikarang oleh Nurman Syamhas hal. 35-36)
    Potongan hikayat tadi penulis terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih sebagai berikut.
...
Telah jatuh hati remaja putri
Telah jatuh cinta pada Ibrahim Hasan
Masih terpendam dalam sanubari
Belum berani mengungkapkan
...
Sepulang sekolah hai tuan pangeran Saidi
Terus ke UKI menjemput Maryam
Tak perlu panjang kita karang rawi
Maklum sendiri orang pacaran
...
Kuala bubon cemara merentang
Kuala Simpang di atas Langsa
Meskipun tiap hati pulang pergi bersama
Hati di dalam belum terbaca

Menanam timun di gunung medang
Menanam bawang ketika sudah menanam
Di dalam hati selalu terbayang
Apakah dek Maryam pada diriku ada cinta
...
    Potongan hikayan ini menggambarkan kebersamaan Ibrahim Hasan dan Siti Maryam yang sama-sama jatuh hati tetapi sama-sama menyembunyikan perasaan masing-masing dan berharap pasangan tahu isi hatinya. Namun, mereka sama-sama pintar menyembunyikan perasaan bahkan dikatakan walaupun mereka pulang pergi bersama ke kampus perasaan mereka masih belum terbaca oleh pasangan. Pada bait terakhir, Ibrahim Hasan selalu menerka-nerka perasaan Siti Maryam terhadapnya, apakah Siti Maryam juga menaruh hati padanya atau tidak.
c.    Berbalas surat
...
Lam lungkiek bak u ta tabu kacang
Lungkiek bak pisang teubee ta pula
Bak si uroe deungo lon peutrang
Ibrahim Hasan surat geurika

Gampong Lam Panah meugah hana ban
Gajah meukawan jitron lam rimba
Hatee lon luka konka ta tujan
Watee lon pandang gata pertama

Taloe bineh krung ureueng meuladang
Geupula bayam ngon boh peureuya
Baro uroenyoe sinoe lon peutrang
Hai dek Maryam lon jatuh cinta

Ta beudoh bagah tacah ilalang
Bek jiduk musang deungon meuruwa
Hudep beusaree matee beusajan
Beujeut lon tuan peundampeng gata
...
(Hikayat Ibrahim Hasan Jilid Sa karangan Nurman Syamhas hal. 36-37)
    Hikayat di atas penulis terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih sebagai berikut.
...
Dalam celah pohon kelapa kita tabur kacang
Celah batang pisang tebu kita tanam
Pada suatu hari dengarlah aku berkisah
Ibrahim Hasan surat dikarang

Desa Lam Panah megah tiada bandingan
Kawanan gajah turun dalam rimba
Hatiku luka konka ta tujan
Ketika kupandang dikau pertama

Tali pinggir sungai orang berladang
Ditanam bayam dan buah peria
Baru hari ini di sini kukatakan
Hai dik Maryam kujatuh cinta

Kita bangun cepat memotong ilalang
Jangan masuk musang dengan biawak
Hidup dan mati bersama
Jadikanlah diriku pendampingmu
...
    Potongan hikayat tadi merupakan awal keputusan Ibrahim Hasan untuk menulis surat kepada Siti maryam untuk mengungkapkan isi hatinya. Ibrahim mengatakan bahwa dirinya sudah jatuh cinta pada awal jumpa dan mengatakan dengan jelas dalam tulisannya bahwa beliau jatuh cinta. Dalam bait-bait setelahnya Ibrahim memuji paras Siti Maryam yang tak seorangpun sebanding dengannya. Ibrahim juga mengatakan bahwa hanya maryam harapannya dan sangat ingin menjadi pendamping hidupnya. Surat ini pun sampai kepada Maryam keesokan harinya. Maryam sangat senang membaca surat dari Ibrahim terkait isi hatinya selama ini. karena Ibrahim mengharapkan balasan surat secepatnya, ia pun menulis balasan untuk Ibrahim yang hikayatnya berbunyi sebagai berikut.
...
Jipot angen gle pade goh seudang
Reubah meuthimpan dalam blang raya
Rindu lam hatee sabe keu cut bang
Han lon jeut peutrang dilee nyang ka-ka

Ateuh jambee kleng kayem na musang
Ateuh keutapang jiduek meuruwa
Ta mita lagee meuribee jalan
Ulon ngon cut bang beu sabe dua

Oh seupot uroe moto dum riwang
Peutron peunumpang aneuk sikula
Ohno mumada haba balasan
Dari lon tuan wahee kakanda
...
(Hikayat Ibrahim hasan Jilid Sa karangan Nurman Syamhas hal. 40-41)
    Potongan hikayat tadi diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih sebagai berikut.
Dihembus angin gunung padi belum muda
Jatuh bertimpa dalam sawah yang luas
Rindu dalam hati selalu ke abang
Tak berani kukatakan yang sudah lalu

Di pohon jambu keling sering ada musang
Di atas pohon besar ada biawak
Berbagai cara akan kita tempuh
Aku dan abang harus bersama

Ketika sore hari semua mobil kembali
Menurunkan penumpang anak sekolah
Cukup di sini kabar balasan
Dari diriku wahai kakanda
    Siti Maryam pun dengan malu-malu juga mengungkapkan perasaan yang sama dalam surat balasannya bahwa ia jatuh hati dan selalu merindukan Ibrahim Hasan. Dia berharap akan ada banyak jalan yang membuat mereka untuk selalu bersama. Besar harapan yang ditaruh Maryam pada Ibrahim untuk datang melamarnya. Surat balasan dari Maryam diterima Ibrahim dengan hati senang pula bahwa mimpinya telah menjadi nyata.
    Meukawen ngon Siti Maryam
...
Tajak u Yogja sewa geuritan
Deuh peumandangan indah lagoina
Habeh acara ka jula malam
Geucok awaknyan sigo ban dua
Peutron cong sandeng ireng u dalam
Siti maryam deungon judonya
Tinggai lam kama teuma masanyan
Laju teubayang pue geukeureuja

Peu meucugak ateuk bak lawang
Aneuk mi itam di ateuh bara
Retno pih gadieh retdeh pih jantan
Dua awaknyan hadu teunaga
...
(hikayat Ibrahim Hasan Jilid Sa karangan Nurman Syamhas hal.49)
    Potongan hikayat di atas diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih sebagai berikut.
...
Pergi ke Yogja sewa kereta
Tampak pemandangan yang sungguh indah
Selesai acara sudah larut malam
Diantarlah mereka berdua

Turun dari atas sanding diiring ke dalam
Siti Maryam dengan jodohnya
Berada dalam kamar pada masa itu
Langsung terbayang apa yang harus diperbuat

Mencuatkan pohon lawang
Anak kucing hitam di atas bara
Sebelah sini gadis sebelah sana pun jantan
Mereka berdua mengadu tenaga
...
    Potongan hikayat ini menceritakan keromantisan saat Ibrahim Hasan sudah bersanding dengan Siti Maryam. Acara sudah selesai ketika malam sudah larut kemudian diantarlah mereka berdua sebagai pengantin baru ke kamar pengantin. Sebagai pengantin baru mereka masih malu-malu ketika berada di kamar. Namun, sebagai manusia mereka langsung terbayang apa yang seharusnya mereka lalukan ketika sudah di kamar pengantin. Seharusnya kata-kata yang dipilih dalam bait hikayat selanjutnya lebih romantis tetapi Syams mengibaratkan kejadian di kamar tesebut dengan kata hadu teunaga yang terdengar lebih kasar.  Namun, itu hanya perumpamaan saja.
2.3 Hikayat Dara Duson
    Hikayat Dara Duson merupakan hikayat yang menceritakan tentang dara duson yang berarti gadis desa bernama Hindun. Pengarang hikayat ini ialah Syeh Rih Krueng Raya. Dalam hikayat ini terdapat bagian romantis pertama kali pada saat seorang pemuda mengirim surat kepada si dara duson tersebut. Berikut isi suratnya yang berbentuk hikayat.
Surat Kireman
Keupada saudari Hindon

Bersama deungon kireman ulon
Keu adek payong nyang lon sayang that
Surat lon tuleh keu puteh sabon
Rindu hatee lon tiep uroe meuhat

Meurumpok sabe bak keude apong
Tapi di ulon rasa han mangat
Lon keumeng tanyong sigo truek dilon
Hate ngon jantong han jitem meuhat

Tiep uroe Tuhan di dalam rihon
Lon eh di ulon teunget payah that
Tapi peue lon kheun buleun cahya tron
Payah that dayong laot meubakat
...
    Potongan surat hikayat ini penulis terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih sebagai berikut.
Surat Kiriman
Kepada saudari Hindon

Bersama dengan kirimanku
Kepada adik tercinta yang sangat kusayangi
Surat kutulis untuk si putih sabun
Sangat rindu hatiku setiap hari

Selalu berjumpa di kedai apung
Tapi diriku merasa tak enak
Kuingin bertanya sekali lagi
Tetapi hati dan jantung tak berani

Setiap hari dalam kerinduan
Ketika tidur susah sekali
Tetapi apa hendak dikatata wahai cahaya turun
Susah sekali mendayung laut berombak
...
    Dalam hikayat ini si pemuda menyatakan bahwa dirinya selalu merindukan Hindon si dara duson tersebut. Sering berjumpa di satu kedai tetapi tidak berani untuk menyapa apalagi menanyakan terkait perasaannya. Akhirnya, daripada dia tidak bisa tidur karena selalu teringat pada Hindon dia pun menulis surat ini. Pengarang menggambarkan pemuda ini banyak menyanjung Hindon dengan kata-kata yang indah. Kata-kata yang dipilih pengarang dalam menyusun surat cukup romantis dan benar-benar mengena pada seseorang yang biasanya sedang terbayang pada orang yang dirindukan. Ada diksi menyanjung maupun merayu seperti adek payong nyang lon sayang that, puteh sabon, rindu hatee lon tiep uroe meuhat, Hate ngon jantong han jitem meuhat, dan semua baris di bait keempat. Ini menunjukkan bahwa Syeh Rih Krueng Raya memiliki kemampuan bersastra yang tinggi karena diksinya lembut tetapi mengena dan romantis.


Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
    Hikayat Nabi Yusuf menceritakan semacam biografi Nabi Yusuf. Unsur romantisnya terdapat pada bagian ketika Zulaikha mencoba merayu Nabi Yusuf dengan kata-katanya sambil menyuguhkan makanan. Hikayat Ibrahim Hasan juga menceritakan biografi Ibrahim Hasan dan unsur romantisnya terdapat pada sub judul meuturi ngon Siti Maryam dan meukawen ngon Siti Maryam yang menceritakan awal perjumpaan Ibrahim dengan Maryam sampai mereka berdua akhirnya menikah. Hikayat Dara Duson menceritakan tentang seorang gadis desa bernama Hindon dan unsur romantisnya terdapat dalam surat yang ditulis oleh seorang pemuda yang jatuh cinta dan telah lama mengaguminya.
    Dalam keromantisan yang coba disampaikan para penyair kita dapat melihat bahwa keromantisan zaman dulu tidak kalah dengan sekarang bahkan penyair sengaja memilih diksi yang sungguh romantis dan sesuai sajaknya agar dapat mengena dan dinikmati pembaca maupun pendengarnya.
3.2 Saran
    Hikayat-hikayat ini merupakan aset daerah yang harus dijaga, dibudidayakan, dan dilestarikan keberadaannya agar dapat juga dinikmati oleh generasi-generasi selanjutnya. Apapun unsur yang terkandung di dalamnya semoga dapat menjadi khazanah ilmu pengetahuan bagi kita semua. Khusus untuk unsur romantisme yang tersirat dalam hikayat-hikayat Aceh ini yang menceritakan percintaan telah mendapat tempat yang tinggi di hati pembaca karena lebih gemar dibaca kawula muda dan pilihan diksinya semoga mampu menjadi inspirasi agar dapat melahirkan hikayat-hikayat yang sama maupun lebih baik dari yang pernah dibaca dan dapat menambah aset daerah dan kekayaan budaya Aceh.


Makalah Hubungan Semantik dengan Ilmu Lain

Pendahuluan
A.    Latar Belakang Masalah
    Linguistik merupakan ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi dalam komunikasi baik secara lisan maupun tidak lisan. Pada umumnya bahasa yang digunakan dalam suasana formal akan berbeda jika dibandingkan dengan suasana tidak formal dan bahasa tertulis sering berbeda pula dengan bahasa lisan. Namun, baik bahasa formal maupun tidak formal atau bahasa lisan maupun tertulis terdapat satu komponen yang sangat penting di dalamnya. Komponen penting ini disebut “makna”. Dalam tataran ilmu linguistik, makna diberi istilah semantik.
    Semantik merupakan ilmu yang dapat dikatakan luas cakupannya. Tidak hanya mempelajari semantik tetapi juga mempelajari kaitan semantik itu sendiri dengan bidang ilmu lainnya. Pateda (2001:11) mengemukakan bahwa masalah makna tidak hanya menjadi urusan ahli yang bergerak di bidang semantik tetapi juga menjadi kajian ahli yang bergerak di bidang filsafat, logika dan psikologi. Oleh karena itu, seperti yang sudah disebutkan bahwa ilmu-ilmu yang terkait pasal semantik di dalamnya antara lain linguistik, psikologi, logika, dan filsafat. Menarik jika kita paham mengapa semantik memiliki hubungan dengan ilmu-ilmu tersebut. Atas dasar inilah kami dari kelompok satu berusaha menemukan sumber bagaimana semantik itu berhubungan dengan disiplin ilmu lain. Pembahasan tentang hubungan ilmu semantik dengan ilmu linguistik, psikologi, logika, dan filsafat akan diuraikan satu per satu pada bagian pembahasan.
B.    Rumusan Masalah
1.        Apakah pengertian dari semantik, linguistik, psikologi, logika, dan filsafat?
2.     Bagaimanakah semantik dapat dikatakan berhubungan dengan linguistik, psikologi, logika dan filsafat?
C.    Tujuan Penulisan
    Secara umum makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Semantik sebagai tugas presentasi kelompok. Secara khusus, makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang ilmu semantik dan hubungannya dengan disiplin ilmu yang lain sehingga ilmu semantik mampu diterapkan tidak hanya dalam pembelajaran tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat.


Pembahasan
A.    Pengertian Semantik dan Ilmu Lainnya yang Terkait
     Pengetian yang mudah dipahami perihal semantik disampaikan oleh Verhaar (1999:385) yang mengemukakan bahwa semantik merupakan cabang dari ilmu linguistik yang meneliti arti atau makna. Dengan kata lain semantik menjadikan makna sebagai objek penelitian ataupun kajiannya. Para ahli yang lain seperti Samuel dan Kiefer, Lehrer, serta Kambartel juga memberi pengertian yang tidak jauh beda dengan pengertian yang dikemukakan oleh Verhaar.
    Makalah ini akan membahas tentang hubungan semantik dengan beberapa disiplin ilmu. Oleh karena itu, sebelum kita meninjau hubungannya terlebih dahulu kita tinjau pengertian dari berbagai ilmu yang berhubungan dengan semantik itu sendiri.
    Ilmu yang pertama adalah linguistik. Menurut Verhaar (1996:3) linguistik berarti ilmu tentang bahasa. Bahasa menjadi objek kajiannya. Linguistik memiliki beberapa cabang ilmu yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Jadi semantik merupakan bagian dari ilmu linguistik. Tentu banyak kaitannya antar cabang ilmu linguistik tersebut.
    Ilmu yang kedua adalah Psikologi. Secara etimologi kata psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu psyce dan logos. Psyce berarti jiwa, roh, atau sukma dan logos yang berarti ilmu. Abdul Chaer (2003:2) menyatakan bahwa psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang menjadikan jiwa sebagai objek kajiannya. Terkadang seseorang menggunakan bahasa dalam suasana yang berbeda-beda. Ketika jiwa dalam suasana bahagia maka bahasa yang diproduksi tentu akan berbeda dengan bahasa yang diproduksi ketika jiwa dalam keadaan yang tidak tenang.
    Ilmu yang ketiga adalah Logika. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1990:193) logika memiliki arti pengetahuan tentang cara berpikir secara sehat dan beralasan serta masuk akal. Artinya kalimat yang nantinya dihasilkan oleh seseorang harusnya memiliki makna yang beralasan dan masuk akal sehingga diterima oleh orang yang membaca atau mendengar kalimat tersebut.
    Ilmu selanjutnya adalah Filsafat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) elektronik versi 1.3 filsafat memiliki arti pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya. Kalimat-kalimat yang ditulis atau diujarkan seseorang akan berbeda segi analisis maknanya menurut ahli filsafat yang disebut filsuf. Biasanya filsuf akan mempermasalahkan makna dari sebuah kata itu sampai ke akar-akarnya yang dalam pengertian disebutkan sebagai sebab dan asal.

B.    Hubungan Semantik dengan Ilmu Lainnya
1.    Hubungan semantik dengan ilmu linguistik
    Sudah dibahas sebelumnya bahwa semantik merupakan salah satu cabang ilmu linguistik. Tentu antara semantik dengan cabang ilmu linguistik lainnya memiliki hubungan yang bisa dikatakan sangat dekat. Seseorang yang melakukan komunikasi dengan orang lainnya tentu memiliki makna yang ingin disampaikan dalam struktur bahasa yang diutarakan. Jadi, pemaknaan itu penting dalam berbahasa karena jika berbahasa tanpa makna sama saja dengan berbicara tanpa arah dan tujuan yang jelas. Penjelasan tentang hubungan semantik dengan cabang ilmu linguistik lainnya akan dibahas pada paragraf berikutnya.
    Pada tataran cabang ilmu linguistik, cabang ilmu tingkat pertama adalah fonologi. Fonologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bunyi bahasa. Dalam ilmu fonologi, bunyi bahasa itu dapat membedakan makna. Contoh perbedaan bunyi bahasa yang membedakan makna yaitu :
•    Kata apel yang bermakna buah dengan kata apel yang bermakna upacara.
•    Kata perang yang bermakna pertempuran dengan kata perang yang bermakna merah kecoklatan atau kekuningan.
    Makna yang berhubungan dengan ilmu fonologi ini lebih kepada makna yang muncul karena perbedaan bunyi pada beberapa kata yang berbeda dan perbedaan satu huruf saja pada sebuah kata yang mampu memunculkan makna baru.
    Cabang ilmu linguistik setelah fonologi adalah morfologi. Morfologi merupakan ilmu yang mengkaji tentang morfem atau kata. Kata yang sudah ditetapkan artinya dalam kamus tentu berbeda dengan kata yang sudah ditambahkan kata lain didepannya. Sebagai contoh perhatikan kata dasar dan rangkaian kata lain berikut.
•    kaki
•    kaki meja
•    kaki gunung
    Dari ketiga contoh tersebut, contoh pertama dan kedua pasti kita ketahui maknanya meskipun membaca sepintas. Makna yang kita tangkap dari contoh kaki meja dan kaki gunung tentu berbeda dengan bentuk dasar kaki yang sudah memiliki arti tersendiri di dalam kamus. Penambahan-penambahan kata pada kata atau bentuk dasar dapat mempengaruhi makna dari bentuk dasar itu sendiri.
    Cabang ilmu linguistik setelah morfologi adalah sintaksis. Menurut Rostina Taib (2012:5) Sintaksis merupakan ilmu yang mengkaji hubungan antar kata dalam kalimat. Ruang lingkup yang dipelajari tidak hanya kalimat tetapi juga frasa dan klausa. Dalam membuat kalimat yang sekurang-kurangnya harus terdiri atas unsur subjek dan predikat juga harus memiliki makna yang padu. Pateda (2001:12) menyatakan bahwa kalimat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi merupakan kalimat yang bermakna dan masuk akal bagi pembaca atau pendengar. Sebagai contoh :
•    katak yang berlari mengejar musang
•    wahyu memakan batu-bata
    Dari kedua contoh kalimat tersebut, memang secara struktur kalimat dapat dikatakan benar tetapi makna yang dimiliki kalimat ini tidak benar karena tidak logis. Pada kalimat pertama, ketidaklogisan terdapat pada katak yang berlari karena pada kenyataannya katak tidak dapat berlari tetapi hanya dapat melompat. Jadi tidak masuk akal jika katak itu berlari. Pada kalimat kedua, ketidaklogisan terdapat pada subjek wahyu yang seorang manusia makan batu. Tidak logis jika manusia makan batu selapar apapun orang itu. Intinya, kalimat tidak hanya harus benar sesuai struktur tetapi juga harus sinkron antara makna dan kenyataan.


2.    Hubungan semantik dengan ilmu psikologi
    Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa psikologi itu merupakan ilmu tentang jiwa. Dalam berkomunikasi menggunakan kalimat dengan orang lain tentu kalimat yang dihasilkan oleh penulis atau pembicara bergantung pada suasana hati maupun keadaan jiwanya. Akan berbeda kalimat yang dihasilkan oleh orang yang sedang bahagia dengan orang yang sedang sedih dan berbeda pula kalimat yang dihasilkan oleh orang yang terganggu jiwanya dengan orang yang sehat jiwanya. Sebagai contoh :
•    Ucha sedang malas bertemu dengan Sri
•    Iswani ingin melompat dari lantai tiga gedung FKIP
•    Sapu itu terlihat terbang tadi malam
    Contoh yang pertama, Ucha sedang malas bertemu dengan Sri dapat dimaknai oleh seorang psikolog dengan mengaitkan makna kalimat ini dengan keadaan jiwa atau suasana hati penulis atau pembicara. Analisis yang dilakukan seorang psikolog dari kalimat tersebut antara lain:
•    mengapa Ucha malas bertemu Sri?
•    apakah yang mengganggu Ucha jika bertemu Sri?
•    siapakah yang mengujarkan kalimat ini? Uchakah atau orang lainkah?
    Contoh yang kedua, Iswani ingin melompat dari lantai tiga gedung FKIP. Analisis yang dilakukan oleh psikolog terhadap pemaknaan kalimat tersebut antara lain :
•    mengapa Iswani ingin melompat dari lantai tiga?
•    bagaimana keadaan jiwanya?
•    apakah yang mengganggu jiwanya sehingga dia ingin berbuat demikian?
    Contoh yang ketiga, kalimat sapu itu terlihat terbang tadi malam juga dianalisis oleh seorang psikolog tidak jauh berbeda dengan dua contoh kalimat sebelumnya. Analisis tersebut antara lain:
•    siapakah yang mengujarkan kalimat ini?
•    bagaimanakah keadaan jiwanya?
•    apakah yang mengganggu pikirannya?
•    apakah dia sedang berhalusinasi ketika mengujarkan kalimat ini?
    Setidaknya begitulah analisis yang akan dilakukan seorang ahli psikologi terhadap makna dari kalimat yang diujarkan seseorang. Makna yang dilahirkan bergantung pada keadaan jiwa orang yang mengujarkan. Penting bagi psikolog untuk mengetahui keadaan jiwa dalam pemaknaan sebuah kalimat karena psikolog akan mempelajari reaksi manusia, gejala jiwa, baik yang melewati kegiatan verbal maupun yang nonverbal (Pateda:16).
3.    Hubungan semantik dengan ilmu logika
    Dalam berbahasa memang dituntut agar berbahasa yang logis atau masuk akal sehingga dapat diterima apa yang ingin disampaikan tersebut. Bahasa ilmiah berbeda dengan bahasa sastra yang tidak menuntut harus selalu menggunakan bahasa yang bermakna logis karena sastra itu pembebasan pikiran menuju alam imajinasi yang mampu menciptakan dunia baru yang berbeda dengan dunia nyata yang kita jalani sebagaimana mestinya. Kembali kepada bahasa yang kita pelajari adalah kalimat-kalimat yang harus logis. Perhatikan contoh kalimat berikut.
•    kambing menangkap Ina
•    kotak itu tidak dapat diangkat
•    aku akan mencintaimu sampai si bisu mengatakan bahwa si tuli mendengar si buta melihat si pincang sedang berjalan.
    Kalimat yang pertama secara struktur kalimat dapat diterima karena unsurnya lengkap mulai dari subjek, predikat, dan adanya kehadiran objek. Namun, secara ilmu logika tentu tidak berterima karena tidak masuk akal jika hewan bernama kambing menangkap manusia yang bernama Ina. Kambing merupakan hewan pemamah biak yang memakan rumput dan biasa dijadikan hewan ternak. Tidak mungkin jika hewan ternak mampu menangkap seorang manusia. Tentu tidak ada alasan bagi seekor kambing untuk melakukan pekerjaan menangkap manusia. Jadi kalimat ini tentu sangat tidak masuk akal.
    Kalimat kedua kotak itu tidak dapat diangkat dijelaskan oleh Parera (1991:187) bahwa kalimat ini tidak masuk akal karena belum jelas tidak dapat diangkat oleh siapa dan berapa orang. Di samping itu, tidak diketahui kotak tersebut terbuat dari apa sehingga tidak dapat diangkat oleh orang yang tidak diketahui jumlahnya sehingga kalimat ini masih tergolong kalimat yang tidak masuk akal.
    Contoh ketiga juga secara struktur kalimat dapat diterima tetapi secara logika kalimat aku akan mencintaimu sampai si bisu mengatakan bahwa si tuli mendengar si buta melihat si pincang sedang berjalan sangat tidak logis. kata-kata seperti bisu yang dapat berbicara, tuli yang dapat mendengar, buta yang dapat melihat dan pincang yang dapat berjalan merupakan rangkaian kata yang mustahil dalam bahasa ilmiah karena terjadi kontradiksi antar kata tersebut. Misalanya kata bisu yang berkontradiksi dengan berkata, kata tuli yang berkontradiksi dengan mendengar, kata buta berkontradiksi dengan melihat, begitu pula kata pincang yang berkontradiksi dengan kata berjalan.
    Bahasa merupakan sarana berpikir logis sehingga kehadiran makna menjadi hal yang sangat urgen di sana. Bahasa yang tidak logis seperti bahasa yang tidak memberikan keterukuran, pengalaman, nyata, dan bersifat kontradiksi tidak memenuhi bahasa keilmuan atau bahasa ilmiah yang menuntut kelogisan makna di dalamnya.
4.    Hubungan semantik dengan ilmu filsafat
    Dalam ilmu filsafat, bahasa yang memproduksi kalimat-kalimat untuk berkomunikasi dipertanyakan asal penamaannya. Filsuf memang orang yang sanggup mempertanyakan kebenaran sampai ke dasar-dasarnya. Tidak heran jika mereka memiliki pandangan luas dan tidak ingin dibatasi pemikirannya terhadap kebenaran sesuatu. Perhatikan analisis mereka terhadap kalimat berikut.
•    kelompok satu sedang mempresentasikan makalah mereka.
•    dosen kami merupakan lulusan luar negeri
    contoh kalimat pertama akan dianalisis pemaknaannya oleh ahli filsafat antara lain:
•    mengapa manusia yang berkumpul lebih dari satu orang itu disebut kelompok?
•    mengapa setiap yang di awal atau yang menjadi yang pertama itu disebut satu? bukan sati atau sata?
•    mengapa menampilkan atau menyajikan sesuatu untuk khalayak ramai itu disebut presentasi?
•    mengapa digunakan kata makalah? bukan makalih, makeleh, atau sebagainya?
    Contoh kalimat kedua pun tidak jauh berbeda bentuk analisisnya oleh filsuf seperti yang telah dianalisis pada kalimat sebelumnya. Analisisnya antara lain:
•    mengapa digunakan kata dosen untuk orang yang mengajar di perguruan tinggi?
•    mengapa digunakan kata kami? mengapa tidak digunakan kata kama, kimi dan sebagainya?
    Analisis yang sama terjadi pada kata-kata berikutnya yang intinya mempertanyakan asal dari kata tersebut dan mengapa digunakan kata itu untuk makna yang menunjukkan seperti ini, dari mana dasarnya, mengapa demikian, dan sederetan pertanyaan mendasar yang susah untuk kita jelaskan. Pertanyaan-pertanyaan yang apabila ditanyakan kepada orang yang bukan ahli filsafat hanya bisa menjawab dengan kalimat “karena memang sudah seperti itu sejak dulu”. Analisis-analisis yang membuntukan pemikiran kita sebagai orang yang awam ilmu filsafat.
5.    Hubungan semantik dengan ilmu politik
    Ada satu ilmu lagi yang sangat mementingkan semantik di dalamnya. Ilmu tersebut adalah ilmu politik. Ilmu politik merupakan ilmu yang memperlajari tentang seluk-beluk ketatanegaraan baik mengenai sistem, dasar, maupun siasat negara. Pateda (2001:14) menjelaskan beberapa contoh keterkaitan semantik dengan ilmu politik. Perhatikan cotoh kalimat berikut ini.
•    pemerintah sedang berusaha menyesuaikan tarif BBM tahun ini.
•    jika tarif BBM naik tahun ini dikhawatirkan masyarakat akan mengganggu ketertiban.
    Urutan kata menyesuaikan tarif pada contoh kalimat pertama digunakan untuk menggantikan urutan kata menaikkan harga karena pertimbangan politik. Sebenarnya makna dari kedua urutan kata tersebut sama. Namun digunakan urutan kata menyesuaikan tarif karena dirasa urutan kata tersebut lebih halus dan dapat diterima masyarakat dengan mudah. Begitu pula urutan kata mengganggu ketertiban digunakan untuk menggantikan kata berontak. Hal yang sama terjadi pada urutan kata ini yaitu digunakan karena lebih halus, sopan, berpendidikan, dan mudah diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu, semantik dalam hal ini pemaknaan terhadap kata-kata yang dipilih oleh politikus sangat penting. Tidak heran jika politikus yang profesional itu sangat ahli dalam berbahasa dan biasanya bahasa mereka lebih halus sehingga sampai ke masyarakat dan menjadi mudah membujuk masyarakat jika terjadi sesuatu yang menyebabkan perdebatan.
    Demikianlah penjelasan hubungan antara semantik dengan beberapa disiplin ilmu lain yang jika dikaji dan paham sangat bermanfaat bagi kehidupan kita. Banyak yang dapat menjadi pelajaran baru dan banyak pula yang akan membuka wawasan kita bahwa setiap ilmu itu tidak mutlak berdiri sendiri. Ilmu itu pasti membutuhkan ilmu lain dalam perkembangannya.

Penutup
A.    Kesimpulan
    Berdasarkan pemaparan pada bagian pembahasan tentang hubungan semantik dengan ilmu lainnya dapat kita ambil kesimpulan bahwa cabang ilmu linguistik yang disebut semantik ini berperan penting dalam berbagai disiplin ilmu bahkan ilmu yang sangat mendasar. Oleh karena semantik merupakan ilmu yang mempelajari makna dalam artian yang luas ia menjadi sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu sehingga banyak bermanfaat. Tidak hanya bermanfaat untuk ilmu yang membahas seputar bahasa tetapi juga bermanfaat bagi didang ilmu lainnya seperti psikologi, logika, filsafat, bahkan ilmu politik.
    Setelah mempelajari ilmu semantik ini semoga kita dapat menerapkannya dalam ilmu yang lain seperti yang sudah diuraikan.

B.    Saran
    Semantik dapat dikatakan cabang ilmu yang sulit karena berbagai macam aspek makna dan dari segi mana makna itu akan dilihat. Keterkaitannya dengan ilmu lain pun berbeda cara pemaknaannya sehingga perlu bagi kita untuk benar-benar memahami kembali dasar semantik ini. semoga setelah mempelajari ilmu semantik kita dapat menerapkannya dalam ilmu yang lain seperti yang sudah diuraikan sehingga ilmu linguistik kita menjadi sempurna.

Daftar pustaka
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Parera, Jos Daniel. 1991. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Taib, Rostina. 2012. Sintaksis. Banda Aceh: CV. Bina Nanggroe.
Verhaar. 1999. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University     Press.
Yasin, Sulkan dan Sunarto Hapsoyo. 1990. Kamus Bahasa Indonesia Praktis dan     Populer. Surabaya: Mekar Surabaya.
KBBI Offline versi 1.3




Rabu, 25 Desember 2013

Adat Upacara Kelahiran dalam Masyarakat Aceh

Bab I
Pendahuluan
1.1    Latar Belakang Masalah
    Upacara yang berkembang dalam masyarakat telah menjadi kebutuhan dan dijadikan sebagai kegiatan ritual dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat Aceh banyak mengenal berbagai macam upacara, setiap upacara identik dengan acara makan-makan yang seringkali berlangsung setelah acara seremonialnya atau dinamakan dengan kenduri. Sekarang ini upacara yang tetap berlangsung dalam masyarakat Aceh di antaranya adalah upacara turun ke sawah, upacara tolak bala, upacara perkawinan, upacara kehamilan anak pertama, dan upacara kematian. Upacara-upacara tersebut masih dipertahankan karena dibutuhkan oleh masyarakat, untuk memenuhi tuntutan adat.
    Menurut masyarakat Aceh, adat harus dijalankan dan dipenuhi, serta dipatuhi. Pepatah Aceh menyebutkan bahwa : Matèe aneuk meupat jeurat, matèe adat pat tamita. Pepatah ini mengibaratkan bahwa adat dengan anak berada dalam posisi yang sama pentingnya, apabila anak yang meninggal masih ada bekasnya yaitu kuburan sedangkan apabila adat yang hilang kita tidak tahu ke mana mesti mencarinya. Ungkapan tersebut juga merupakan wujud kesadaran masyarakat tentang pentingnya adat-istiadat yang telah memberikan sumbangan yang tidak ternilai harganya terhadap kelangsungan kehidupan sosial budaya masyarakat di Aceh. Bahkan bagi kalangan masyarakat Aceh, adat telah mendapat tempat yang istimewa dalam perilaku sosial dan keagamaannya. Begitulah makna adat yang dipahami oleh masyarakat Aceh sejak zaman kerajaan hingga sampai sekarang ini, apabila pada satu momen kita tidak menjalankan adat atau upacara yang telah ditentukan maka yang bersangkutan merasa sedih dan dirinya merasa sangat terhina karena tidak dihormati secara adat yang berkembang dalam masyarakat Aceh.
    Dalam makalah ini penulis ingin memaparkan upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat Aceh dalam menyambut kelahiran anak pertama. Dimulai dari masa kehamilan sang ibu, kelahiran si jabang bayi, dan upacara-upacara setelah kelahiran bayi dalam masyarakat Aceh.
1.2 Tujuan Penulisan
    Secara umum tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhis tugas makalah mata kuliah Adat dan Budaya Aceh sebagai tugas presentasi kelompok. Secara khusus penulisan ini juga memiliki tujuan yaitu memberi dan menambah pengetahuan mahasiswa terkait upacara ataupun ritual yang ada di Aceh khususnya upacara sebelum dan sesudah kelahiran bayi.
1.3 Manfaat Penulisan
    Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat, baik bagi mahasiswa maupun masyarakat agar lebih memperhatikan dan melestarikan tradisi yang ada di Aceh agar tidak hilang ditelan zaman yang semakin canggih ini. Penulisan ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi khalayak umum dan penulis sendiri.











Bab II
Pembahasan
2.1  Masa hamil
    Pada masa hamil, seorang dara barô yang menantikan kelahiran anak pertama mengalami berbagai jenis upacara yang harus dipatuhi dan dijalaninya sebagai masayarakat Aceh. Berikut akan penulis paparkan satu per satu.
2.1.1 Ba bu (mèe bu)
    Adat Aceh apabila istri dalam keadaan hamil, seorang isteri pada saat hamil anak pertama, maka sudah menjadi adat bagi mertua atau maktuan dari pihak suami mempersiapkan untuk membawa atau mengantarkan nasi hamil kepada menantunya. Acara bawa nasi ini disebut ba bu atau mèe bu. Upacara ini dilaksanakan dalam rangka menyambut sang cucu yang dilampiaskan dengan rasa suka cita sehingga terwujud upacara yang sesuai dengan kemampuan maktuan. Nasi yang diantar disebut bu kulah, biasanya dibungkus dengan daun pisang muda berbentuk piramid, ada juga sebagian masyarakat mempergunakan daun pisang tua. Terlebih dulu daun tersebut dilayur pada api yang merata ke semua penjuru daun, karena kalau apinya tidak merata maka daun tidak kena layur semuanya. Sehingga ada mitos dalam masyarakat Aceh kelak apabila anak telah lahir maka akan terdapat tompel pada bahagian badannya. Di samping nasi juga terdapat lauk pauk yang terdiri dari ikan, daging, ayam panggang, dan burung yang dipanggang kawan nasi. Tidak lupa pula buah-buahan. Barang-barang ini dimasukkan ke dalam idang atau katéng (wadah). Idang ini diantar kepada pihak menantu perempuan oleh pihak kawom atau kerabat dan jiran (orang yang berdekatan tempat tinggal). Upacara ba bu berlangsung dua kali. Ba bu pertama disertai boh kayee (buah-buahan), kira-kira usia kehamilan pada bulan keempat sampai bulan kelima. Acara yang kedua berlangsung dari bulan ketujuh sampai dengan bulan kedelapan. Ada juga di kalangan masyarakat acara ba bu hanya dilakukan satu kali saja. Semua itu tergantung kepada kemampuan bagi yang melaksanakannya, ada yang mengantar satu idang kecil saja dan ada pula yang mengantar sampai lima atau enam idang besar. Nasi yang diantar oleh mertua ini dimakan bersama-sama dalam suasana kekeluargaan. Ini dimaksudkan bahwa perempuan yang lagi hamil adalah orang sakit, sehingga dibuat jamuan makan yang istimewa, menurut adat orang Aceh perempuan yang lagi hamil harus diberikan makanan yang enak-enak dan bermanfaat. Dalam ilmu kesehatan pun memang dianjurkan untuk kebutuhan gizi bayi yang dikandungnya. Apabila itu tidak dituruti maka berakibat buruk pada anak yang dikandungnya, istilah bahasa Aceh roe ie babah (ngeces). Upacara bawa nasi suatu kewajiban adat yang harus dilakukan, sampai saat sekarang masih berlangsung dalam masyarakat.
    Lain halnya pada Masyarakat suku Aneuk Jamee Kabupaten Aceh Selatan terdapat adat bi bu bideun (memberi nasi untuk ibu bidan), maksudnya seorang anak menikaah dan hamilnya sudah 6 bulan sampai 7 bulan maka untuk anak tersebut sudah dicarikan ibu bidan untuk membantu proses kelahirannya. Mertua menyediakan sirih setapak (bahan-bahan sirih), pakaian sesalin (satu setel), dan uang ala kadarnya. Bahan-bahan yang disebut peunulang ini akan diberikan kepada bideun sebagai tanda penyerahan tanggung jawab untuk merawat kelahiran bayi. Mertua menyerahkan menantunya kepada bidan. Penyerahan ini diiringi dengan ucapan “nyoe udep matee aneuk lon, lon pulang lam jaroe gata” (hidup mati anak saya, saya serahkan dalam asuhan saudara). Lalu bidan mengucapkan “bak geutanyoe useuha umu bak Tuhan” (kita berusaha, umur pada Tuhan).
    Berdasarkan perubahan zaman yang terus menyesuaikan adat ba bu ini ada hal-hal yang memang disesuaikan seperti pemberian mertua kepada bidan yang sekarang banyak diganti dengan pemberian mentah berupa uang saja. Kemudian banyak yang sudah menggunakan bidan rumah sakit bukan lagi bidan kampung tetapi tradisi ba bu bideun tetap ada karena tugas bidan kampung mencuci kain darah ibu dan bayi serta memandikan nifas si ibu pada hari ke-44.
2.1.2 Pantangan
    Seorang istri yang sedang mengalami masa hamil dalam masyarakat Aceh, maka ia pun mulai memasuki masa berbagai pantangan. Pantangan-pantangan yang harus ditempuhnya antara lain adalah duduk di ujung tangga (ulèe reunyeun), berada di luar rumah pada senja dan malam hari, melangkahi kuburan-kuburan, datang ke tempat-tempat suram, membicarakan hal-hal yang tidak pantas, dan melihat benda-benda serta hewan ajaib. Semua pantangan tersebut maksudnya adalah untuk mencegah dirinya dari kemungkinan-kemungkinan tertimpa bencana seperti jatuh karena tersandung, tubuh terbentur dengan benda keras, masuk angin, serta hal lain yang dianggap dapat membahayakan ibu dan janin. Selain itu, ada pula yang beranggapan karena tubuh orang yang hamil itu lemah dan aliran darahnya mudah mengalami perubahan maka dengan mudah dapat dipengaruhi oleh setan dan makhluk halus dengan maksud yang jahat. Oleh karena itu, ada semacam ajimat yang sudah dijampi (dirajah) yang kemubdian dililitkan pada pinggang wanita hamil tersebut untuk menangkal segala maksud jahat itu. Namun sekarang sudah banyak yang tidak menggunakan ajimat ini karena takut mengarah kepada syirik.
    Selama empat puluh empat hari ketika sudah melahirkan pun ibu bayi harus tetap berada dalam kamar. Tidak boleh berjalan-jalan apalagi keluar rumah. Tidak boleh minum banyak, nasi dimakan tanpa gulai atau lauk-pauk. Hanya cukup dengan garam dan ikan teri gonseng. Begitu pula dengan makanan pedas sangat dilarang. Masa pantangan ini disebut masa duk dapu. Karena selama pantangan ibu bayi selalu dipanasi dengan bara api yang terus menerus di samping atau di bawah tempat tidurnya, masa ini disebut juga madeung.
2.1.3 Meuramien
    Upacara meuramien (makan bersama) dara barô yang sudah hamil di tempat-tempat tamasya merupakan kebiasaan yang terdapat dalam masyarakat Aceh. Dara barô kerapkali diajak makan bersama dipinggir-pinggir laut ataupun di tempat-tempat yang berpemandangan indah dengan tujuan supaya ia tidak kesepian duduk termenung memikirkan saat berat ketika bersalin pada bulan-bulan yang akan datang. Karena melahirkan dianggap sebagai pekerjaan sabung nyawa (sabông nyawong) maka dara barô mendapat santunan yng manja  dari sanak keluarganya.
2.2 Tahap Pertama Kelahiran Bayi
    Tahap pertama kelahiran bayi merupakan tahap diadakannya upacara ketika bayi baru lahir. Serangkain upacara kelahiran tersebut akan kami paparkan sebagai berikut.
2.2.1 Koh Pusat
    Bidan terlebih dulu menyediakan alat-alat untuk menyambut kelahiran bayi berupa benang. Jika anaknya laki-laki maka benang tesebut terdiri dari 7 warna sedangkan jika anaknya perempuan benangnya terdiri dari 5 warna. Banyaknya warna benang ini melambangkan kekuatan fisik berbeda antara laki-laki dan perempuan. Kemudian disiapkan pula teumen/buloh (sebilah bambu tipis) yang sudah diraut untuk alat memotong pusat. Ibu dara baro menyediakan kunyit dan sirih selengkapnya sedangkan mertua dara barô menyediakan ija tumpèe (kain pembungkus bayi).
    Cara memotong pusat ialah dengan mengikat kedua ujungnya dengan tali benang kemudian bidan mengambil teumen lalu memotongnya. Pusat bayi yang sudah dipotong dibubuhi kunyit. Warna kunyit dilambangkan sebagai sumber kemuliaan, dulu warna kuning merupakan lambang kebangsawanan. Selanjutnya, bayi dimandikan dengan air yang agak hangat, lalu disembur dan diberi bedak. Semburan air sirih terdiri dari sirih, pinang, kapur, gambir lalu bayi dibedung dengan ija tumpèe. Namun, karena perkembangan zaman dengan ilmu medis yang semakin canggih, bidan rumah sakit sudah melarang penggunaan sembur sirih pada pusat bayi serta melarang penggunaan bedak pada bayi yang baru lahir. Lalu pemotongan pusat juga sudah dilakukan oleh bidan rumah sakit yang masih tetap mengawasi bayi sampai tali pusat kering dan terpisah dari pusat.
2.2.2 Azan atau Qamat
    Upacara ini mengandung arti pengenalan terhadap agama Islam kepada bayi. Orang yang membacakan azan atau qamat harus orang yang bersih badannya, berwuduk, dan berpakaian rapi seperti orang yang akan melaksanakan salat. Bayi dipangku dengan menghadap kiblat lalu azan atau qamat dibacakan dengan suara nyaring dan merdu agar bayi itu nyaring dan merdu pula suaranya. Ada anggapan yang menyatakan bahwa jika bayi itu tidak menangis ketika mendengar azan atau qamat berarti ia akan mendengar nasihat-nasihat oarang tua nanti serta taat pada agama. Pemilihan orang yang membaca azan atau qamat mempunyai arti tertentu yang sangat berarti bagi si bayi karena kelak anak itu akn meniru sifat dan kedudukan seperti orang yang membacakan azan atau qamat tadi.
2.3.2 Tanom Adoe
    Setelah melahirkan, adoe/placenta/ari-ari/kakak harus ditanam. Apabila dibuang sembarangan, kakak itu akan diganggu oleh bermacam-macam hewan yang mengakibatkan bayi sakit perut dan menimbulkan berbagai macam penyakit.
    Adoe yang lahir bersama bayi tadi dibersihkan oleh bidan lalu dimasukkan dalam sebuah kanöt (periuk) yang terbuat dari tanah liat. Kemudian dibubuhi zat asam garam dan abu dapur supaya adoe dapat kering dan tidak membusuk. Dalam buku Adat Istiadat Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh disebutkan bahwa dalam periuk adoe tersebut juga dibubuhi aneka warna bunga-bunga dan wangi-wangian sebagai simbolik agar bayi tadi tahu kepada kebersihan dan kecantikan. Setelah dibubuhi berbagai keperluan tadi, kanöt tersebut ditanam oleh bidan. Adoe dari bayi laki-laki ditanam di bawah seurayueng (cucuran atap) dan adoe dari bayi perempuan ditanam di bawah tangga. Tempat penanaman ini dikaitkan hubungannya dengan kedudukan laki-laki sebagai pencari nafkah dan perempuan sebagai ratu rumah tangga.
2.3 Tahap Kedua Kelahiran Bayi
    Tahap kedua kelahiran bayi merupakan upacara yang dilaksanakan ketika bayi sudah masuk ke usia yang mengharuskan cukô ôk, akikah, dan sebagainya.
2.3.1 Cukô Ôk
    Cukô ôk merupakan upacara cukur rambut yang dilakukan setelah bayi berumur 1 bulan. Upacara ini bertujuan untuk membuang rambut kotor yang dibawa sejak lahir dan agar rambut bayi tumbuh lebih subur lagi. Di Tamiang upacara cukur rambut diadakan pada hari kedua atau ketiga setelah bayi lahir yang disebut menyangke rambut budak yang kemudian disertai dengan pemberian nama bayi. Ada pula yang melaksanakan prosesi cukur rambut ini pada hari ketujuh kelahiran bayi.
    Upacara cukur rambut biasanya dilakukan oleh bidan ataupun seorang tua yang telah lazim mengerjakan pekerjaan tersebut.
2.3.2 Peucicap
    Upacara peucicap adalah upacara untuk memberi rasa makanan kepada bayi. Rasa yang diberikan ini terdiri dari manisan lebah dan air buah-buahan. Bahan-bahan yang harus dipersiapkan dalam upacara ini terdiri dari manisan lebah, buah sawo, mangga, rambutan, nangka, dan tebu. Kemudian dibutuhkan juga hati ayam, ikan lalu persiapkan juga surat Yasin dan Rencong. Bahan-bahan tadi dipersiapkan oleh nenek bayi dari pihak ibu bayi.
    Peucicap dilakukan oleh orang-orang alim terpandang dan baik budi pekertinya agar bayi itu kelak alim, terpandang, dan baik budi pekertinya. Karena menurut anggapan mereka bayi akan meniru sifat-sifat orang peucicap. Jika bayi tersebut laki-laki maka peucicap dilakukan oleh laki-laki sedangkan jika bayi perempuan maka peucicap dilakukan oleh perempuan.
    Peucicap dimulai dengan mengucapkan “bismillahirrahmanirrahim, beu mameh lidah, panyang umu, mudah raseuki, di thee lam kawom, dan taat keu agama” (bismillahirrahmanirrahim, manislah lidah, panjang umur, mudah rezeki, terpandang dalam keluarga, dan taat beragama). Setelah ucapan selesai, manisan lebah, air buah-buahan pun diolesi pada mulut bayi.
    Setelah acara pengolesan manisan pada mulut bayi, lalu diambil hati ayam, diletakkan di atas dada bayi yang kemudian dibolak-balikkan dengan membaca basmallah. Hal ini bertujuan agar si anak bertindak dan berbuat sesuatu kelak selalu mendapat petunjuk. Seorang anak yang melakukan pekerjaan yang salah selalu ditegur dengan kata-kata “lagee ureung hana jibalek ate manok” (seperti oarang yang tidak dipecicap dengan hati ayam).
    Terakhir setelah peucicap dengan manisan dan hati ayam, kemudian diperlihatkan surat Yasin dan rencong pada aneuk manyak yang bertujuan agar kelak ia menjadi anak yang taat pada agama serta menjadi anak yang berani mempertahankan kebenaran dan berani melawan kejahatan.

2.3.3 Akikah
    Masyarakat Aceh menganggap upacara akikah merupakan adat yang berkaitan dengan agama. Bagi orang-orang yang mampu, upacara dilangsungkan dengan menyembelih kerbau atau kambing sedangkan bagi yang kurang mampu akan menyembelih kambing saja. Hewan yang disembelih adalah jantan, tidak boleh betina. Tradisi ini berlaku turun-temurun. Daging hewan harus habis dimakan pada hari kenduri itu. kalau masih ada sisanya daging itu dibagi-bagikan kepada sanak keluarga dan tetangga.
    Pada saat akan dilangsungkan upacara, ayah si bayi menyerahkan hewan sembelihan itu dan seluruh bahan keperluan kenduri kepada Teungku Sagoe dan Geuchik. Mereka yang akan memanggil pemuda gampong sebagai tenaga pekerja dalam upacara. Kemudian hewan disembelih oleh Teungku, lalu dimasak bersama-sama dan makan pula bersama-sama.
2.3.4 Peutrôn Aneuk Manyak
    Peutrôn Aneuk Manyak merupakan upacara turun tanah bayi yang pelaksanaannya berbeda-beda di setiap daerah. Turun tanah bayi pada masyarakat Gayo dilakukan pada hari ketujuh setelah bayi lahir bersamaan dengan upacara cukur rambut, pemberian nama, dan akikah. Lain halnya pada masyarakat Aneuk Jamee, turun tanah bayi disebut dengan turun ka aie yang dilakukan pada hari keempat puluh empat bersamaan dengan cukur rambut, pemberian nama, dan kadang-kadang pula disertai dengan acara hadiah. Dahulu turun tanah bayi dilakukan setelah bayi berumur satu sampai dua tahun. Terlebih bila anak itu anak pertama karena upacara untuk anak pertama pasti lebih besar.
    Pada hari upacara ini bayi digendong oleh seorang yang terpandang, baik perangai dan budi pekerti. Orang yang menggendong memakai pakaian yang bagus-bagus. Bayi beserta orang yang menggendong ditudungi dengan sehelai kain yang dipegang oleh empat orang pada tiap seginya. Lalu di atas kain tersebut dibelah kelapa agar bayi tidak takut terhadap suara petir. Salah seorang keluarga dengan bergegas menyapu tanah dan yang lain menampi beras bila anak itu perempuan sebagai simbolik agar anak perempuan tersebut kelak menjadi orang yang rajin. Jika anak itu laki-laki maka salah seorang keluarga akan bergegas mencangkul tanah, mencencang batang pisang atau batang tebu sebagai simbolik kesatriaan. Kemudian si anak ditegakkan di atas tanah, Teungku Sagoe menyebut sa, dua, lhee, peut, limong, nam, tuuuujoh. Disambung dengan ucapan “lagee bumoe nyoe teutap, meunan beuteutap pendirian gata” (seperti kukuhnya bumi ini, maka demikianlah pendirianmu harus tetap). Setelah itu, anak tersebut dibawa berkeliling rumah atau mesjid sampai bayi itu dibawa pulang kembali dengan mengucapkan salam setibanya di rumah.
    Pada masyarakat Gayo sebelum bayi diturunkan melalui tangga, terlebih dulu Imam beserta peserta upacara membaca doa untuk keselamatan agar bayi panjang umur, mudah rezeki, beriman, dan beragama. Kemudian bayi dipangku oleh seorang ralik (kerabat perempuan dari pihak ibu bayi) sambil melekatkan pulut kuning di telinga bayi, mengoles manisan lebah di bibir bayi dengan mengucapkan mudahlah rezekimu, taat dan beriman serta berguna bagi agama. Setelah itu, bayi dipangku oleh semua peserta upacara secara bergantian dengan mengucapkan ucapan yang sama hingga selesai. Lalu barulah bayi dibawa turun tanah ke tempat pemandian atau sungai untuk dimandikan dengan upacara tertentu.
    Pada masyarakat Tamiang, turun tanah bayi disebut dengan menyangke rambut budak disertai dengan acara cukur rambut, pemberian nama, kenduri, dan marhaban. Bayi diayun dalam ayunan seirama dengan irama marhaban. Kemudian anggota marhaban berdiri, bayi diangkat dari ayunan oleh seorang anggota keluarga untuk dibawa keliling anggota marhaban tadi. Rambut digunting kemudian dimasukkan ke dalam kelapa muda terukir yang telah disediakan dalam talam. Pengguntingan rambut dilakukan oleh anggota marhaban secara bergiliran. Pengguntingan rambut diselesaikan oleh bidan dan dilanjutkan dengan acara jejak tanah bayi.
2.3.5 Peutrôn Dapu
    Upacara Peutrôn Dapu (turun dapur) dilakukan pada hari ke empat puluh empat setelah melahirkan. Cara-caranya sesuai dengan ajaran agama Islam. Pada hari tersebut, sanak keluarga dan tetangga berkumpul untuk turut membantu penyelenggaraan kenduri.
    Ibu mertua yang datang bersama-sama sanak keluarganya untuk peusijuk menantunya yang telah mengeluarkan darah dari tubuhnya membawa bahan-bahan seperti ketan kuning (bu leukat kunèng), ayam panggang (manok panggang), beras padi bercampur beras kunyit (breuh padé, breuh kunèng), penganan (tumpoe), daun sidingin (ôn sisijuek), segenggam rumput padi (naleung sambo), sejenis dedaunan (ôn manek-manoe), dan tepung tawar (teupong tabeu). Secara adat resam yang lazim menepung tawari (peusijuk) menantunya dengan bahan-bahan yang dibawa sendiri kemudian diikuti oleh hadirin. Setelah upacara mandi dan menepung tawari selesai, ibu mertua mempersembahkan kepada menantunya satu setel pakaian dan sesetel pula untuk besannya sebagai hibah atas segala jerih payah selama ia merawat menantu dan cucunya.
    Setelah melewati berbagai upacara di atas, ada tradisi lain yang mungkin sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat Aceh yaitu tradisi membuai anak dengan nina bobok berupa kisah-kisah perjuangan, syair-syair agama, dan sajak-sajak yang menggelorakan semangat. Sejak masih dalam buaian anak sudah ditempa dengan lagu-lagu perjuangan dan dipupuk dengan kisah-kisah ajaran agama sehingga sudah selayaknya bila dewasa ia akan menjadi orang-orang berani dan satria serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap agama.
    Sebagian sajak-sajak buaian yang populer yang dikutip dari buku Adat Resam Aceh adalah sebagai berikut.
Dô ku da idang
Geulayang ka putôh taloe
O manyak cut, rayeuk beureujang
Jak tulông prang bila nanggroe

Dô ida idang
Bak keutapang di teungoh nanggroe
Oh rayeuk gata hai ulèe balang
Jak bantu prang raja nanggroe

Jak ku dôdô, jak ku dôdô
Boh tulo ngon boh cempala
Oh rayeuk gata hai teungku lintô
Jak cok judô dalam ngaza
...
Diterjemahkan oleh Talsya sebagai berikut.
Tidur, tidurlah anakku sayang
Layang-layang putus talinya
Wahai kasihku intan cemerlang
Bantulah perang bila dewasa

Tidur-tidurlah putraku sayang
Pohon rindang di bukit sana
Bila usiamu dewasa nanti
Sembahkan bakti di medan jihad

Tidur, tidurlah intanku sayang
Unggas bermain di kaki bukit
Bila kasihku telah dewasa
Jemput jodohmu di kancah perang
...

















Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
    Serangkaian upacara kelahiran yang telah dipaparkan masih diwarisi oleh masyarakat Aceh. Hanya saja ada beberapa hal yang memang harus diperbarui dan dikondisikan. Setelah kita mengetahui berbagai tradisi tadi maka terlihatlah bahwa Aceh memang sangat kaya budayanya karena untuk melahirkan saja ada beberapa adat yang mesti dilalui sang ibu dan bayi. Adat menyambut kelahiran anak adalah kebiasaan masyarakat Aceh dengan mengadakan upacara yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam ajaran Islam. Ketentuan tersebut telah menjadi kepercayaan dan tradisi orang-orang tua yang dilakukan pada masa dahulu. Serangkaian upacara tersebut seperti ba bu (bawa nasi ), cukô ôk (cukur rambut), peucicap (memberi rasa makanan), akikah dan turun tanah dinilai penting dan bermakna dalam kehidupan, sehingga perlu untuk dijalankan sesuai dengan ketentuan adat yang telah ditetapkan.
3.2 Saran
    Rangkaian dari upacara ini adalah proses pembelajaran sehingga dapat kita ambil iktibar dalam kehidupan kita sehari-hari, adat istiadat yang terdapat dalam suatu upacara harusnya tetap dilestarikan karena adat merupakan salah satu cerminan dari budaya bangsa. Di zaman serba modern sekalipun, kegiatan ritual ini akan menjadi aset wisata budaya. Zaman boleh saja modern tetapi adat dan budaya jangan sampai hilang. Jadi kita berusaha bagaimana adat dan budaya tersebut tetap tampil disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Daftar Pustaka
Depdikbud. 1977/1978. Adat Istiadat Daerah Popinsi Daerah Istimewa Aceh. Banda Aceh :
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah.
Lembaga Adat dan Kebudayaan Aceh (LAKA) Propinsi Daerah Istimewa Aceh. 1990.
Pedoman Umum Adat Aceh Edisi I. Banda Aceh : LAKA Propinsi Daerah Istimewa Aceh.
Talsya, T. Alibasjah. 1973. Adat Resam Aceh. Banda Aceh : Pustaka Meutia.
Rujukan dari Web :
http://gerbangaceh.blogspot.com/2007/12/ritual-masyarakat-aceh-dalam-menyambut.html.