Senin, 10 Maret 2014

Makalah Kepribadian Siswa (Psikologi Pendidikan)

Bab I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang Masalah
    Permasalahan maupun konflik yang sering terjadi antara orang tua dengan anak atau guru dengan siswanya baik secara fisik maupun batin terkadang memunculkan keingintahuan di benak kita mengapa muncul konflik tersebut. Peluang besar tejadinya permasalahan antar individu tersebut adalah ketidakpahaman individu yang satu terhadap individu yang lain. Perbedaan salah atu atau beberapa aspek yang dimiliki individu dapat memicu ketidakpahaman satu sama lain sehingga dapat memunculkan konflik.
    Di sekolah, tidak sedikit guru yang tidak memahami karakter siswanya. Guru yang hanya sekedar memberi teori tentang mata pelajaran dan tidak memperhatikan perkembangan anak didik akan menjadi guru yang apatis dan egois sehingga jarang disukai anak didik. Anak didik yang tidak dapat menerima perlakuan dari guru akan melakukan hal lain yang dapat mengambil perhatian guru dan menimbulkan keributan pada guru yang  lain.  Dalam belajar pun guru yang tidak memahami kepribadian siswa akan sulit untuk memberikan model-model pembelajaran yang akan menarik minat siswa sehingga proses transfer pengetahuan menjadi terhambat.
    Berdasarkan penjabaran kasus di atas sangat perlu bagi kita untuk memahami kepribadian siswa sebelum menjadi pendidik yang sesungguhnya. Hal-hal yang terkait dengan kepribadian akan dibahas pada bab pembahasan.

Rumusan Masalah
1.        Bagaimanakah konsep kepribadian?
2.     Apakah definisi kepribadian?
3.     Bagaimanakah yang dikatakan dengan konsep aku?
4.     Apakah tipologi kepribadian itu dan bagaimana pembagiannya?
5.     Apa yang dimaksud dengan kessehatan mental dan bagaimana memelihara kesehatan mental tersebut?
B.     Tujuan Penulisan
    Secara umum makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan sebagai tugas presentasi kelompok. Secara khusus, makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang kepribadian dan berbagai jenis kepribadian yang telah diklasifikasikan para ahli. Pembahasan tentang kepribadian ini dapat membantu mahasiswa calon pendidik mampu mengenal dan memahami berbagai kepribadian yang muncul pada anak didik sehingga mudah memberikan jalan keluar jika terjadi permasalahan dalam proses belajar mengajar.





Bab II
Pembahasan
5.1    Konsep Kepribadian
    Dalam kehidupan sehari-hari kita lazim mendengar istilah kepribadian atau pribadi. Maksud penggunaan istilah itu tidak selalu sama, dan mungkin juga jauh berbeda dari pengertian yang sesungguhnya.
    Kepribadian sebagai sesuatu yang dimiliki atau tidak dimiliki. Kepribadian diartikan sebagai kepribadian yang menarik dan kepribadian yang membosankan. Kepribadian yang menarik atau yang subur (lot of personality), menggambarkan sesuatu sosok yang memiliki sifat-sifat: mudah menarik simpati orang, mengesankan, budi pekerti, sopan santun, memberikan kesan pertama yang baik. Kepribadian yang membosankan atau gersang (no personality) menunjukkan adanya sifat-sifat yang tidak disukai orang, membosankan, kurang bersemangat, tidak menarik, tidak mendalam, dan mudah dilupakan.
    Kepribadian diartikan sebagai keagresifan, ( personality identity it with the characteristic of aggresiveness). Dalam pengertian ini kepribadian dipandang sebagai sifat-sifat agresif, seorang yang memiliki kekuatan fisik, suka menyerang, berambisi, ingin berkuasa, ingin selalu menang dsb. Orang-orang yang memiliki sifat pendiam, suka menerima, pasif, mudah ditanduk dsb, dipandang tidak berpribadi.
    Kepribadian merupakan hasil dari kebudayaan. Ada yang berpendapat bahwa kepribadian seluruhnya hasil belajar, hasil hasil pengalaman dan pengaruh dari kebudayaan. Di samping faktor lingkungan atau kebudayaan, kepribadian individu juga di pengaruhi oleh faktor-faktor yang dibawa dari kelahirannya.
    Sukmadinata (2003:136) menyatakan bahwa kepribadian merupakan keterpaduan antara aspek-aspek kepribadian, yaitu aspek psikis seperti aku, kecerdasan, bakat, sikap, motif, minat, kemampuan, moral, dan aspek jasmaniah seperti postur tubuh, tinggi dan berat badan, indra, dan lain-lain. Diantara aspek-aspek seperti aku atau diri (self) seringkali ditempatkan sebagai pusat atau inti kepribadian. Berbeda dengan Sukmadinata, Purwanto (2007:156) menuliskan aspek-aspek kepribadian yang penting berhubungan dengan pendidikan dalam pembentukan pribadi anak-anak didik yaitu sifat-sifat kepribadian, intelijensi, pernyataan diri dan cara menerima kesan-kesan (appearance and Impression), kesehatan, bentuk tubuh, sikapnya terhadap orang lain, pengetahuan, keterampilan (skills), nilai-nilai (values), penguasaan dan kuat-lemahnya perasaan, peranan (roles), dan the self.
2.1.1 Definisi Kepribadian
    Kepribadian bahasa inggrisnya “personality”, berasal dari bahasa yunani “per” dan “sonare” yang berarti topeng, tetapi juga berasal dari kata “personae” yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng tersebut. Dua kata tersebut diartikan Ross Stagner (dalam Sukmadinata, 2003: 136) menjadi dua macam. Pertama, kepribadian sebagai topeng (mask personality), yaitu kepribadian yang berpura-pura, yang dibuat-buat, yang semu atau mengandung kepalsuan. Kedua, kepribadian sejati (real personality) yaitu kepribadian yang sesungguhnya, yang asli.
    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Offline versi 1.3 pengertian kepribadian yaitu sifat hakiki yang dimiliki atau tercermin pada sikap seseorang atau bangsa yang membedakannya dari orang atau bangsa lain. Hal ini berarti kepribadian yang dimaksud merupakan ciri khas berbeda yang dimiliki individu yang satu dengan individu yang lain.
   
2.2 Konsep Aku
    Manusia adalah makhluk yang istimewa, selain karena memiliki kemampuan-kemampuan lebih tinggi dari makhluk lainnya ia juga memiliki apa yang disebut aku, diri atau dalam bahasa inggrisnya self atau ego. Karena memiliki aku ini dia dapat berdialog dengan orang lain yang juga punya aku. Individu juga dapat berdialog dengan dirinya, sebab aku ini bisa berperan sebagai subjek (I) dan bisa juga berperan sebagai objek (me).
    Aku atau self meliputi segala kepercayaan, sikap, persaan dan cita-cita, baik yang disadari maupun tidak disadari individu tentang dirinya. Aku yang disadari oleh individu disebut self picture atau gambaran aku, sedang aku yang tidak disadari disebut unconscious aspect of the self atau aku tak sadar.
    Sikap menerima diri dan mencintai diri yang berlebihan juga merupakan gejala ketidaksehatan mental. Cinta diri yang berlebihan dapat menyebabkan kepribadian yang disebut narsisme (sangat cinta diri sehingga susah mencintai yang lain), sedangkan benci diri yang berlebihan menyebabkan  masohisme  atau suka menyiksa diri. Orang yang suka menyiksa diri cenderung juga suka menyiksa orang lain atau sadisme.
    Setiap orang pasti memiliki cita-cita terhadap dirinya. Cita-cita yang terlalu tinggi dan sukar untuk dicapai merupakan gambaran aku yang tidak realistis sehingga dapat menyebabkan kegagalan. Sebaliknya jika cita-cita terlalu rendah juga mengakibatkan tidak adanya dorongan untuk maju. Oleh karena itu, dasar bagi kesehatan mental dan keberhasilan hidup yaitu dimilikinya gambaran aku (self picture) yang tepat dan realistis.
    Seseorang yang memiliki aku yang tidak realistis, tidak ada kesesuaian antara aku yang dilihat oleh dirinya, dengan aku yang dilihat orang lain, akan berusaha mengadakan beberapa usaha pertahanan diri atau defence mechanism.
    Ada beberapa bentuk pertahanan diri, diantaranya:
1)    Melakukan penyerangan atau defence by attack. Untuk menutupi atau mempertahankan aku buatannya seseorang melakukan sebagai bentuk penyerangan, baik dengan kata-kata atau tulisan maupun dengan perbuatan, seperti marah, mencaci-maki, merusak, menyakiti, bahkan sampai menghancurkan atau membunuh.
2)    Melarikan diri atau defence by withdrawing. Sebagai lawan dari yang pertama, individu mempertahankan diri melalui berbagai bentuk perbuatan pelarian. Contoh nyata dari perbuatan pelarian adalah: menghindari diri dari tugas atau tanggung jawab, mengemukakan berbagai alasan untuk tidak duduk dan membaca di pustaka, dll.
3)    Mengubah lingkungan atau restructuring the world. Untuk mempertahankan dirinya seseorang berusaha mengubah hal-hal yang ada di luar dirinya, melemparkan pangkal kesalahan kepada orang lain atau lingkungannya.
4)    Mengubah diri sendiri atau restructuring the self . sebagai lawan dari pengubahan lingkungan seseorang mempertahankan diri melalui mengubah (bukan secara realistis) keadaan dirinya. Individu mencari-cari alasan pada dirinya agar kesalahannya dapat dimaafkan oleh orang lain.

2.3    Tipologi kepribadian
    Kepribadian merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh dan kompleks. Setiap orang memiliki kepribadian tersendiri. Walaupun demikian para ahli tetap berusaha untuk menyederhanakannya dengan cara melihat satu atau beberapa faktor dominan, ciri utama, atau melihat beberapa kesamaan. Atas dasar itu maka sejak lama para ahli mengadakan pengelompokkan kepribadian atau tipologi kepribadian.
    Tipologi kepribadian yang tertua bersifat jasmaniah, yaitu berdasarkan cairan-cairan badan (biochemical type). Hippocrates (400 sebelum masehi), yang kemudian diperkuat oleh kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang menentukan temparamen (kehidupan emosi) seseorang. Menurut kedua ahli tersebut ada empat cairan tubuh yang menentukan temparamen seseorang, yaitu : empedu hitam, empedu kuning, lendir dan darah. Berdasarkan dominasi/kekuatan sesuatu cairan pada seseorang maka ada empat tipe kepribadian, yaitu:
1)    Choleric (cloler adalah empedu kuning). Yang dominan pada orang tersebut adalah empedu kuning. Seorang Choleric memiliki temperamen cepat marah, mudah tersinggung, tidak sabar dsb.
2)    Melancholic(melas dan choler adalah empedu hitam) yang dominan pada orang melencholic adalah empedu hitam, dia memiliki temperamen pemurung, penduka, mudah sedih, pesimis, dan putus asa.
3)    Phlegmatic (phlema adalah lendir). Seorang  Phlegmatic yang didominasi oleh lendir dalam tubuhnya, memiliki temperamen yang serba lembam , pasif, malas, dan apatis.
4)    Sanguinic (sanguine adalah darah). Yang dominan pada orang ini adalah darah, ia memiliki sifat-sifat periang, aktif, dinamis, cekatan.
    Tipologi lain yang masih bersifat jasmaniah adalah teori Kretchmer. Berdasarkan hasil penelitian empiris dengan sejumlah pasien yang mengalami gangguan psikis, Kretchmer pada tahun 1925 menyimpulkan adanya tiga tipe kepribadian individu yang digolongkan berdasarkan bentuk tubuh.
1)    Asthenicus atau Leptosome, yaitu orang-orang yang berperawakan tinggi kurus.  Orang yang berperawakan tinggi kurus, dada sempit, lengan kecil panjang, otot-otot kecil, dagu sempit, perut kempis, muka cekung, kekurangan darah, memiliki sifat-sifat kritis, memiliki kemampuan berpikir abstrak, suka melamun, sensitif.
2)    Pycknicus, seorang yang berpewarakan pendek gemuk, tubuh bulat, muka bulat, lengan lembut bulat, dada kembung, perut gendut. Mereka memiliki sifat-sifat periang, suka humor, populer, hubungan sosial luas, banyak kawan, suka makan.
3)    Athleticus, seorang yang bertubuh tinggi besar, berbadan kukuh, otot-otot besar, dada bidang, dagu tebal. Seorang Athleticus senang pada pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik, mereka adalah pemberani, agresif, mudah menyesuaikan diri, berpendirian teguh.
    Hampir sejalan dengan tipologi Kretchmer, tipologi dari Sheldon (1940). Berdasarkan penelitian empiris terhadap unsur-unsur jaringan tubuh dalam embrio, Sheldon menyimpulkan adanya tiga khas manusia berdasarkan bentuk tubuh, yaitu:
1)     Endomorphic, berbadan pendek gemuk dengan ciri-ciri kepribadian yang disebut sebagai viscerotonia, yaitu: senang makan, hidup mudah, tak banyak yang difikirkan, rasa kasih sayang, senang bergaul, toleran, dan rileks.
2)    Mesomorphic, berbadan tinggi besar dengan ciri kepribadian somatonia, yaitu: senang akan kekuatan jasmaniah, aktif, agresif. energik.
3)    Ectomorphic, berbadan tinggi kurus dengan ciri kepribadian cerebrotonia, yaitu: suka berpikir, melamun, senang menyendiri, pesimis, mudah terharu.
    Tipologi Sheldon mirip dengan tipologi dari Kretchmer, kelebihannya Sheldon menambahkan ciri kepribadian utama dari masing-masing tipe, dengan sifat-sifat yang juga tidak banyak berbeda dari Kretchmer. Sesungguhnya setiap orang memiliki ketiga ciri kepribadian yang dikemukakan oleh Sheldon, hanya pada orang tertentu suatu ciri lebih menonjol dibandingkan dengan yang lainnya.
    Tipologi lain diberikan oleh Carl Gustav Jung, seorang psikiatis dari Swiss. Kalau ketiga tipologi yang telah diuraikan tadi merupakan tipologi berdasarkan  ciri-ciri jasmaniah, maka tipologi Jung berdasarkan ciri-ciri psikis.
    Tipologi lain dikembangkan oleh Spranger, seorang filsuf jerman. Spranger mengelompokkan individu atas dasar kecenderungannya akan nilai-nilai dalam kehidupan. Menurut Spranger ada enam tipe kepribadian atas dasar kecenderungan akan nilai:
1)    Theoretic atau manusia teoritis, mereka mendasarkan tindakan-tindakannya atas dasar nilai-nilai teoritis atau ilmu pengetahuan. Tipe ini memiliki dorongan yang besar untuk meneliti, mencari kebenaran, rasa ingin tau, pandangan yang objektif, tentang dirinya dan dunia luar.
2)    Economic, mendasarkan aktivitasnya atas dasar nilai-nilai ekonomi, yaitu prinsip untung rugi. Perilakunya selalu diwarnai oleh dorongan-dorongan ekonomi, melihat manfaat sesuatu benda bagi kehidupan, segala sesuatu dilihat dari manfaat atau kegunaannya terutama untuk dirinya.
3)    Aesthetic yaitu mereka yang menjadikan nilai-nilai keindahan (estetika) sebagai dasar dari pola hidupnya. Sifat-sifat individu dari tipe ini adalah senang akan keindahan, bentuk-bentuk semetris, harmonis, segala sesuatu dipandang dari sudut keindahan.
4)    Sociatic mereka lebih mengutamakan nilai-nilai sosial atau hubungan dengan orang lain sebagai pola hidupnya. Beberapa sifat tipe ini, menyenangi orang lain, simpatik, baik, meninjau persoalan dari hubungan antar manusia.
5)    Politic, yaitu mereka yang menjadikan nilai-nilai politik sebagai pola hidupnya. Ia memiliki dorongan untuk menguasai orang lain, menjadi manusia terpenting dalam kelompoknya.
6)    Religious, mengutamakan nilai-nilai spiritiual hubungan dengan Tuhan. Perilakunya didasari oleh nilai-nilai keagamaan, keimanan yang teguh, penyerahan diri kepada Tuhan.
    Erich Fromm membagi manusia dalam dua tipe berdasarkan orientasi pada dirinya yaitu Productive Orientation (berorientasi produkif) dan Unproductive Orientation (berorientasi tidak produktif). Individu memiliki orientasi produktif adalah individu yang memiliki pandangan realistis, mampu melihat segala sesuatu secara objektif, dengan kelebihan dan kekurangannya. Ia beranggapan bahwa dirinya mempunyai kekuatan, kemampuan, tetapi juga kekurangan-kekurangan, demikian juga halnya orang lain ada kelebihan dan kekurangannya. Untuk mengatasi segala persoalan yang dihadapi dalam hidupnya diperlukan suatu kerja sama. Setiap individu wajib mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya, serta wajib berusaha untuk mencapai apa yang dicita-citakannya.

    Individu yang memiliki orientasi tidak produktif, ada beberapa bentuk.
1)    Receptive atau penerima. Tipe ini mempunya asumsi bahwa sumber kekuatan ada diluar dirinya, ia tidak bisa apa-apa, yanng bisa dia lakukan adalah menerima apa yang dibuat dan dihasilkan oleh orang lain.
2)    Exploitative atau pemeras. Tipe ini hampir sama dengan tipe pertama, bahwa sumber kekuatan ada diluar dirinya, tetapi cara menguasainya bukan dengan cara menerima tetapi harus merebutnya. Semboyan orang dari tipe ini adalah “mangga curian lebih enak dari yang ditanam sendiri”.
3)    Hoarding atau tertutup. Individu yang bertipe ini punya anggapan bahwa sumber kekuatan ada pada dirinya. Karena dia merasa kuat dan mampu sendiri, maka ia tidak membutuhkan saran, pendapat ataupun kerjasama dengan orang lain, dirinya tertutup untuk dunia luar.
4)    Marketing personality atau pribadi pasar. Tipe ini bertolak dari anggapan yang sama dengan tipe tiga, bahwa sumber kekuatan ada dalam dirinya, tetapi caranya adalah menjual atau memasarkan apa yang dimiliki. Pribadi pasar ini, seperti halnya pedagang ia berusaha menjual apa yang laku di pasaran dengan harga tinggi. Jadi pribadinya berubah-ubah sesuai denngan pasaran, atau situasi kondisi yang memintanya.
    Apa yang dikemukakan oleh Fromm bukan sekedar tipe-tipe kepribadian, tetapi juga pemisahan mana pribadi yang sehat dan mana pribadi yang tidak sehat. Orientasi diri yang produktif menunjukkan pribadi sehat, sedangkan orientasi yang tidak produktif menunjukkan pribadi yang tidak sehat.

2.4    Kesehatan Mental
    Kesehatan mental atau mental health berbeda dengan ilmu kesehatan mental atau mental hygiene. Kesehatan mental berkenaan dengan keadaan/kondisi mental yang sehat atau tidak sakit, sedangkan ilmu kesehatan mental merupakan prinsip-prinsip dan usaha-usaha untuk menciptakan kesehatan mental.
    Sukmadinata (2003:148) menyatakan ada tiga komponen utama dalam kesehatan mental yaitu memiliki rasa diri berharga, merasa puas akan peranan dalam kehidupannya, dan terjalin hubungan baik dengan orang lain. Penjelasan terhadap ketiga komponen tersebut adalah sebagai berikut :
1)    Perasaan diri berharga akan memperkuat keberadaan dirinya. Sebaliknya, Individu yang memiliki perasaan diri tak berharga akan menggoyahkan keberadaan dirinya dalam kehidupannya. Ia tidak akan memiliki ketenangan hidup, tidak akan memiliki harapan, banyak diliputi perasaan cemas, ragu, hampa, dan bentuk ketaktentuan lainnya.
2)    Kepuasan akan peranan dalam kehidupannya. Setiap individu memiliki peran dalam kehidupannya baik dalam keluarga, masyarakat, sekolah, kantor dan sebagainya. Orang yang memiliki mental yang sehat akan merasa puas dengan peranannya dalam lingkungan-lingkungan tersebut. Sebaliknya orang yang memiliki mental yang kurang sehat akan merasakan banyak ketidakpuasan dalam peranan-peranan tersebut.
3)    Hubungan baik dengan orang lain. Orang yang memiliki mental yang sehat akan mampu menjalin kerjasama dan hubungan baik dengan orang lain. Individu yang sehat mentalnya akan mampu memberikan perlakuan yang baik kepada orang lain sehingga menghasilkan respon yang baik pula dari orang lain.
2.4.1 Pemeliharaan Kesehatan Mental
    Dalam pemeliharaan kesehatan mental berlaku pepatah lebih mudah mencegah daripada mengobati. Orang tua di rumah dan guru-guru di sekolah sebaiknya melakukan upaya pencegahan ketidaksehatan mental terhadap anak maupun anak didik sedini mungkin. Upaya pencegahan tersebut antara lain:
1)    Menciptakan lingkungan sosial-psikologis yang sehat dan wajar. Lingkungan sosial-psikologis yang sehat dan wajar akan tercipta apabila orang tua dan guru terlebih dahulu memiliki mental yang kuat.
2)    Menciptakan interaksi dengan dasar kasih sayang dan penghargaan terhadap si anak tersebut.
3)    Pemeliharaan kesehatan fisik anak. Pepatah olahraga menyatakan dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Badan yang sehat menjadi penunjang utama mental yang sehat.
4)    Memberikan berbagai bentuk kegiatan belajar, latihan penyaluran bakat, dan lain lain yang sehat dan sesuai dengan tahap perkembangan anak.
    Banyak cara pemeliharaan dan penyembuhan ketidaksehatan mental yang kita kenal baik yang diberikan oleh orang tua, guru-guru, maupun para konselor dan petugas profesional lainnya.
Bab III
Penutup
3.1    Kesimpulan
    Berdasarkan pemaparan pada bagian pembahasan bahwa kepribadian itu berbeda-beda pengertiannya. Sulit untuk menentukan batasan kepribadian. Ada yang mengartikan sebagai sesuatu yang dimiliki atau tidak dimiliki, sifat-sifat yang menarik atau tidak menarik, pengaruh seseorang kepada yang lain, keagresifan, terbatas kepada faktor-faktor jasmaniah, hasil kebudayaan, atau sebgai jumlah sifat atau ciri.
    Ada sejumlah aspek kepribadian baik aspek fisik maupun psikis. Meskipun individu memiliki kepribadian sendiri-sendiri, para ahli mencoba mengklasifikasikannya ke dalam bentuk tipologi kepribadian berdasarkan pandangan masing-masing. Hal yang sangat penting dalam kepribadian adalah kesehatan mental. Kesehatan mental anak didik dapat dipelihara sejak dini oleh lingkungannya seperti upaya pencegahan ketidaksehatan mental yang dapat dilakukan oleh orang tua di rumah dan guru di sekolah.
3.2 Saran
    Pembahasan tentang kepribadian siswa telah lama diketahui dan dipelajari seorang calon pendidik sebelum ia turun ke lapangan untuk mendidik siswanya. Namun, pada kenyataannya sedikit guru yang memahami kepribadian dalam diri siswa tersebut sehingga mampu menerapkan teori belajar yang sesuai. Semoga pembaca makalah ini mampu bertindak lebih bijak dan positif terhadap berbagai macam kepribadian yang ditunjukkan siswa.

Daftar pustaka
KBBI Offline versi 1.3
Purwanto, Muhammad Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT     Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.     Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


2 komentar:

  1. How to get to Casino LV at the Hard Rock Hotel & Casino in
    This is the Hard Rock Casino's 미스터 플레이 hotel, as well as the Hard Rock Hotel 블루벳먹튀 & 로투스 바카라 Casino in the Hard 피망 포커 다운 Rock Casino. 바카라 전략 The casino's website states:.

    BalasHapus
  2. A$200 Bonus at a $200+ Casino - JTHub
    With slots and 김포 출장마사지 table games, a player from anywhere can play. You can play with $200 경기도 출장샵 to 영주 출장안마 $200 in bonus 경기도 출장샵 funds as long as they have 강릉 출장마사지 a

    BalasHapus